Kamis, 14 Februari 2019

Contoh Laporan Pemanfaatan Bioflok pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)


RANCANGAN KEGIATAN PRAKTIKUM

PEMANFAATAN APLIKASI TEKNOLOGI BIOFLOK DARI LIMBAH LELE MENJADI PAKAN ALAMI IKAN NILA (Oreochromis Niloticus)


  







OLEH
FATMA TOOLINGO
1111416016
BDP - A






UNIVERSITAS NEGERI GORNTALO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
2018







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 2
1.4    Manfaat Penelitian.............................................................................. 2
1.5 Hipotesis ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila.............................................................................................. 4
2.2 Bioflok................................................................................................. 6
2.3 Limbah Lele......................................................................................... 7
2.4 Kualitas Air......................................................................................... 8
2.5 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup.............................................. 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian................................................................................ 13
3.4 Prosedur Penelitian.............................................................................. 13
3.5 Parameter Uji....................................................................................... 14
3.6 Analisis Data....................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..................................................................................................... 20
4.2 Pembahasan ........................................................................................  25

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan.............................................................................................. 28
5.2 Saran.................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA




DAFTAR TABEL
Nomor                                                  Teks                                             Halaman
1. Tabel 1. Kisaran Optimal Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Nila............ 12
2. Tabel 2. Alat Yang Digunakan Dalam Praktikum .....................................  14
3. Tabel 3. Bahan Yang Digunakan Dalam Praktikum .................................  15
4. Tabel 4. Perhitungan Panjang Mutlak........................................................ 20
5. Tabel 5. ANOVA....................................................................................... 21
6. Tabel 6. Perhitungan Berat Mutlak............................................................ 21
7. Tabel 7. ANOVA ......................................................................................  22
8. Tabel 6. Perhitungan Kelangsungan Hidup................................................ 23
9. Tabel 7. ANOVA....................................................................................... 24
10.Tabel 10. Pengukuran Kualitas Air........................................................... 25





DAFTAR GAMBAR
Nomor                                                       Teks                                   Halaman
1. Gambar 1. Ikan Nila..................................................................................... 5








KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Segala puji kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kamidapat menyelesaikan penyusunan praktikum penelitian tetang  Pemanfaatan Aplikasi Teknologi Bioflok Dari Limbah Lele Menjadi Pakan Alami Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)Telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya.          
Hal ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kualitas air  semester 5. Kami sebagai penyusun, mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga dapat diselesaikan.
            Kami sebagai penyusun  menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih jauh dari kesempurna. Oleh karena itu, kami  sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
            Semoga hal ini dapat memberikan informasi untuk pengembangan pengetahuan tentang Pemanfaatan Aplikasi Teknologi Bioflok Dari Limbah Lele Menjadi Pakan Alami Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) bagi mahasiswa dan pembaca yang berada di Indonesia khususnya mahasiswa fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Negeri Gorontalo.
Gorontalo,       Desember  2018




Penyusun

 










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis, mudah dipelihara dan dapat tumbuh dengan cepat. Potensi tersebut mendorong minat masyarakat untuk meningkatkan produksi melalui budidaya secara intensif. Kegiatan budidaya menghasilkan limbah padat dan limbah cair yang berasal dari feses dan sisa pakan ikan. Akumulasi limbah tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang berpengaruh terhadap proses fisiologis, tingkah laku, pertumbuhan, dan mortalitas ikan (Effendi et al., 2015)
Salah satu permasalahan dalam budidaya intensif adalah air buangan budidaya yang berdampak pada penurunan kualitas perairan di lingkungan sekitar lokasi budidaya, karena akumulasi bahan organik dari sisa pakan maupun feses. Air buangan budidaya lele dumbo banyak memiliki kandungan N dan NH3 (amonia) sebagai hasil perombakan protein dan asam amino dari sisa pakan dan feses (Septiani et al., 2014)
Agar tidak membahayakan organisme yangdibudidayakan, maka konsentrasi ammoniadalam media budidaya harus dibatasi.Pergantian air merupakan metoda yang palingumum dalam membatasi konsentrasi ammonia dalam air. Namun demikian metoda inimembutuhkan air dalam jumlah besar sertadapat mencemari lingkungan perairan sekitarjika air yang dibuang tidak diberi perlakuan lebih lanjut. Seiiring dengan berkembangnya akuakultur sistem intensif berbagai teknik pengolahan air untuk mengurangi konsentrasi amonia dalam media budidaya telahdikembangkan salah satunya adalah teknologibioflok (Ekasari J. 2009).
Menurut Husain et al., (2014) bioflok dihasilkan darisisa pakan, metabolisme dan feses darikegiatan budidaya. Sisa pakan dan feses yang terbuang di perairan akanmenghasilkan nitrogen anorganik.Nitrogen anorganik dapat diubahmenjadi protein sel tunggal denganadanya penambahan materi karbon diperairan dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ikan atau udang. Penerapan teknologi bioflok dapat dilakukan dengan menambahkan karbohidrat. Sumber karbohidrat yang dapat digunakan meliputi tepung tapioca, molase, tepung kanji dan tepung singkong (Sukardi et al., 2018). Penambahan atau pemanfaatan karbohidrat yang tepat diharapkan dapat berpengaruh terhadap penerapan teknologi bioflok. Penggunaan bioflok di perairan dapat memberi manfaat seperti sumber pakantambahan untuk ikan, mengatasi limbah akuakultur, dan mengurangi nitrogen sehingga dapat memperbaiki kualitas air (Husain et al., 2014)
Oleh sebab itu untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka melalui Praktek Berbasis Riset ini dilakukan pengamatan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan aplikasi teknologi bioflok dari limbah lele menjadi pakan alami ikan Nila (Oreochromis Niloticus)untuk menunjang Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup.


1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pemberian Bioflok berpengaruh terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (Survival rate) Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
2.      Berapakah dosis terbaik Bioflok untuk meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (Survival rate) benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengaruh Bioflok terhadap Kelangsungan Hidup (Survival rate) Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
2.      Untuk Mengetahui dosis terbaik Bioflok untuk meningkatkan Kelangsungan Hidup (Survival rate) benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Penelitian atau praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi Penggunaan Bioflok terhadap Kelangsungan Hidup (Survival rate) Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
3.      Penelitian atau praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang dosis terbaik Bioflok untuk meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (Survival rate) benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
1.5 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian yang diajukan adalah:
1.      H0 = Pemberian bioflok dengan dosis berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
2.      H1 = Pemberianbioflok dengan dosis berbeda memberikan pengaruh   terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
Kaidah Pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1.      Jika Fhitung<Ftabel pada taraf (0,05 atau 0,01) maka terima H0 atau tolak H1 
2.      Jika Fhitung>Ftabel pada taraf (0,05 atau 0,01) maka terima H1 atau tolak H0
1.6 Kerangka Pikir









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila
Menurut Sucipto dan Prihartono, (2007) dalam Arifin, (2016) klasifikasi Ikan nila adalah :
Filum : Chordata,
          Kelas : Pisces,
                   Sub kelas : Teleostei,
                            Ordo : Percomorphi,
                                      Subordo : Percoidea,
                                               Famili : Cichlidae
                                                         Genus : Oreochromis
                                                                  Species :Oreochromis niloticus
2.1.2 Morfologi Ikan Nila
Secara umum karakteristik ikan ini yaitu; bentuk tubuh agak memanjang dan pipih, memiliki garis vertical berwarna gelap sebanyak 6 buah pada sirip ekor, pada bagian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10 buah, dan pada ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitamhitaman. Mata agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru-biruan, letak mulut terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linea lateralis terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk berjumlah 34 buah, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-jari lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah dan bentuk ekornya berpinggiran tegak (Kordi 1997 dalam, Arifin 2016).
2.1.3 Habitat dan Keadaan Lingkungan
Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa tetapi karena toleransi ikan nila tersebut sangat luas terhadap salinitas (eury haline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan air laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0-35 ppt (part per thousand), pertumbuhan ikan nila secara optimal pada saat salinitas 0-30 ppt. Nila dapat hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat (Mujalifah et al., 2018)
2.1.3 Makanan dan Kebiasaan Makan
Ikan  Nila (Oreochromis niloticus),  termasuk kedalam golongan ikan pemakan segala atau (omnivora), sehingga ikan ini dapat mengkonsumsi makanan berupa  hewan  atau  tumbuhan. Lebih  lanjut dinyatakan bahwa ikan  Nila  (Oreochromis niloticus),  yang masih berukuran benih  menyukai  makanan  alami  berupa  zooplankton  misalnya Rotifera  sp, Moina  sp,  dan  Daphnia  sp, juga  fitoplankton.  Selain  itu,  ikan  Nila  Gift (Oreochromis  niloticus)  juga  suka  memangsa  alga  atau  lumut  yang  menempel pada substrat di habitat hidupnya, siput, jentik-jentik serangga, kelekap, hydrilla, sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun - daun lunak yang jatuh ke dalam air. Jika  telah  mencapai  ukuran  dewasa,  ikan  Nila  Gift  (Oreochromis  niloticus), bisa diberi makanan tambahan berupa pellet (Agusanto, 2012).
Jenis organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan nila hampir seragam untuk setiap kelas ukuran. Factor - faktor yang menentukan suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan, ketersediaan makanan, warna, rasa, tekstur makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies ikan adalah umur, tempat, dan waktu (Satia,  et al., 2015).
2.2 Bioflok
Bioflok merupakan activated sludge (lumpur aktif) yang diadopsi dari proses pengolahan biologis air limbah (biological wastewater treatment), yaitu pemanfaatan bakteri pembentuk flok (flocs forming bacteria) untuk pengolahan limbah dengan meningkatkan C/N. Salah satu bakteri yang dapat membentuk bioflok adalah genera Bacillus (Septiani et al.,2014)
Teknologi bioflok, sering disebut juga denganteknik suspensi aktif (activated suspension technique, AST), menggunakan aerasikonstan untuk memungkinkan terjadinyaproses dekomposisi secara aerobik danmenjaga flok bakteri berada dalam suspense. Dalam sistem ini, bakteriheterotrof yang tumbuh dengan kepadatanyang tinggi berfungsi sebagai bioreaktor yang mengontrol kualitas air terutamakonsentrasi N serta sebagai sumber proteinbagi organisme yang dipelihara (Ekasari J. 2009).
Pertumbuhan bioflok dalam system akuakultur dipcngaruhi oleh fakior kimia,fisika dan biologis dalam air. Beberapa factor yang perlu diperhatikan untuk mendorongpembentukan bioflok dalam sistem budidayadiantaranya adalah pcrgantian air seminimalmungkin hingga mendekati nol, aerasi kuatserta peningkatan rasio C/N (Ekasari J. 2009)..
Karakteristik system bioflok adalah kebutuhan oksigen yang tinggi
dan laju produksi biomas bakteri yang tinggi.Oleh karena itu dalam sistem ini diperlukanaerasi dan pengadukan yang kuat untukmenjamin kebutuhan oksigen baik dariorganisme budidaya maupun biomas bakteriserta untuk memastikan bahwa bioflok tetaptersuspensi dalam air dan tidak mengendap.
intensitas pengadukan dan kandungan oksigenjuga mempengaruhi struktur dan komposisibioflok. Intensitaspengadukan yang terlalu tinggi dapatmempengaruhi ukuran bioflok sedangkankandungan oksigen yang terlalu rendah dapatmenyebabkan dominasi bakteri filamen padabioflok yang akan menyebabkan bioflokcenderung terapung (Ekasari J. 2009).
Kadar protein bioflok berkisar antara 37-38%, sehingga berpotensi sebagai sumber pakan alami dan pakan alternatif bagi ikan. Salah satu ikan yang dapat memanfaatkan bioflok adalah nila (Oreochromis niloticus), karena dihabitat aslinya dapat memanfaatkan plankton dan perifiton (Septianiet al.,2014).
Oktafianiet al., (2016) menyatakan bahwa bioflok mampu meningkatkan sistem imun pada tilapia, nila dan udang vanamei. Bioflok tersusun atas bakteri, mikroalga, zooplankton, dan kelompok mikroorganisme lainnya. Bakteri sebagai penyusun utama bioflok mampu menghasilkan senyawa polyhydroxybutyrate (PHB) yang berfungsi sebagai pembentuk ikatan, serta berperan sebagai imunostimulan (Oktafianiet al., 2016).
2.3 Limbah Lele
Air buangan budidaya lele dumbo banyak memiliki kandungan N dan NH3 (amonia) sebagai hasil perombakan protein dan asam amino dari sisa pakan dan feses (Septiani et al.,2014). Tingginya limbah organik dari sisa pakan buatan (pelet) dan feses hasil pemeliharaan ikan lele secara intensif akan menyebabkan penumpukan dan pengendapan di dasar media air pemeliharaan, sehingga diperlukan proses dekomposisi. Jika tidak terdekomposisi media pemeliharaan akan terurai secara anaerob oleh bakteri anaerob kemudian membentuk gas-gas toksik seperti asam sulfida, nitrit, dan ammonia dan berdampak negatif bagi metabolisme organisme budi daya hingga kematian (Adharani et al., 2016).
2.4 Kualitas Air
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007) dalam, Arifin (2016) faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi kualitas air antara lain kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, salinitas, suhu air, derajat keasaman (pH), dan ammonia.
2.4.1 Oksigen Terlarut
Ikan memerlukan oksigen terlarut untuk bernafas dan pembakaran makanan yang menghasilkan energi untuk berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain (Sucipto dan Prihartono (2007). Kadar oksigen terlarut didalam air dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer, sementara berkurangnya kadar oksigen terlarut dipengaruhi oleh meningkatnya suhu, ketinggian, dan berkurangnya tekanan atmosfer (Jeffries dan Mills, 1996, dalam, Arifin (2016).
2.4.2 Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan hasil buangandari adanya proses pernafasan oleh setiapmahluk hidup, yang mana nilai karbondioksida(CO2) didalam perairan ditentukan oleh pHdan suhu (Kordi, 1997 dalam, Arifin (2016).Jumlah karbondioksida dalam air yangbertambah akan menekan aktivitas pernapasanikan dan menghambat pengikatan oksigen olehhemoglobin sehingga dapat membuat ikanmenjadi stress. Kandungan karbondioksidadidalam air untuk pembesaran ikan nila sebaiknya kurang dari 15mg/liter.
2.4.3 Salinitas
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007) dalam, Arifin (2016),Ikan nila hitam lebih toleran terhadaplingkungan payau, dan ikan nila hitam tumbuhsangat baik pada salinitas 15 g/liter, serta bluetilapia (Tilapia aurea) tumbuh dengan baikpada salinitas hingga diatas 20 g/liter.Menurut Kordi (1997) dalam, Arifin (2016), pada umumnyaorganisme air payau hidup pada kisaransalinitas 2 – 25 ppm, akan tetapi ada spesiesikan yang mampu mentolelir kisaran salinitasyang tinggi seperti ikan dari famili Cichlidae(Ikan Nila dan Mujair).
Menurut Bastiawan dan Wahid (2008) dalam, Arifin (2016),untuk pembesaran nila di tambak, pada awalpengisian air diusahakan kadar garamnyasekitar 0-5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikanselama masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
2.4.4 Suhu
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007) dalam, Arifin (2016),suhu air akan mempengaruhi kehidupan ikan,suhu mematikan (lethal) berkisar antara 10-11ºC selama beberapa hari, suhu dibawah 16 -17ºC akan menurunkan nafsu makan ikan,serta suhu dibawah 21ºC akan memudahkanterjadinya serangan penyakit. Suhu yangoptimal untuk budidaya ikan adalah berkisar 28 - 32ºC.
2.4.5 Derajat Keasaman (pH)
Menurut Kordi (1997) dalam, Arifin (2016) nilai pH dapat digunakan sebagai gambaran tentang kemampuan suatu perairan dalam memproduksi garam mineral, yang mana bila pH tidak sesuai dengan kebutuhan organism yang dipelihara, akan menghambat pertumbuhan ikan. Secara umum angka pH yang ideal adalah antara 4 – 9, namun untuk pertumbuhan yang optimal untuk ikan nila, pH yang ideal adalah berkisar antara 6 – 8. Dalam dunia perikanan nilai pH digunakan sebagai gambaran tentang kemampuan suatu perairan dalam memproduksi garam mineral. Pertumbuhan ikan akan terhambat bila pH tidak sesuai dengan kebutuhan organism tersebut.
2.4.6 Amonia (NH3)
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007) dalam, Arifin (2016, Amonia merupakan hasil akhir dari adanya proses penguraian oleh protein terhadap sisa pakan dan hasil metabolisme ikan yang mengendap didalam perairan. Di perairan, gas ammonia (NH3) akan mudah larut dan membentuk amonium hidroksida (NH4OH) yang berdisosiasi menghasilkan ion ammonium (NH4+) dan hidroksil (OH-). Amonium yang tidak berdisosiasi (NH4OH) bersifat toksik (racun), namun NH4+ hamper tidak membahayakan. Menurut Sucipto dan Prihatono (2007), amonia (NH3) adalah hasil utama dari pengurairan protein dan merupakan racun bagi ikan, karena itu kandungan NH3 dalam perairan dianjurkan tidak lebih dari 0,016 mg/liter. 16 mg/liter.
Untuk lebih jelasnya, kisaran optimal parameter kualitas air untuk budidaya ikan nila (Sukadi dkk, 1989, dalam dalam, Arifin 2016) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Kisaran Optimal Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Nila (Orechromis sp)
Parameter
Nilai
Suhu
20 – 30°C
Salinitas
0 – 15 g/liter
pH
6 – 8
Oksigen Terlarut
Minimal 3 mg/liter
Karbondioksida
Maksimal 15 mg/liter
Amonia
Maksimal 0,16 mg/liter

2.5 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
2.5.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang paling intensif dipelajari dalam biologi perikanan. Hal ini karena pertumbuhan merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kondisi individu maupun populasi. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat dalam satuan waktu (Moyle dan Cech 1988 dalam, Tadjuddah et al., 2013). Sebagian besar ikan memiliki kemampuan untuk meneruskan pertumbuhan selama hidup bila kondisi lingkungannya sesuai dan ketersediaan makanan cukup baik, walaupun pada umur tua, pertumbuhan ikan hanya sedikit. Ikan tidak memiliki limit tertentu untuk membatasi pertumbuhan (undeterminate growth) (Effendi 1997 dalam, Tadjuddah et al., 2013). 
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada yang tidak. Faktor dalam umumnya sulit dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, umur dan penyakit (Effendi 1997 dalam, Tadjuddah et al., 2013).
2.5.2 Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah ikan yang hidup diakhir pemeliharaan dengan jumlah ikan yang hidup pada awal pemeliharaan. (Folnuari et al,. 2017).






BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar dilaksanakan pada tanggal 17 September 2018 sampai dengan 2 Desember 2018 bertempat di Rumah Penelitian Perikanan di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan selama praktikum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Alat yang digunakan antara lain :
No.
Alat
Fungsi
1.
Akuarium ukuran 20 x 30 x 20 cm
Untuk wadah penelitian
2.
Ember
Untuk menampung benih saat dilakukan pengukuran.
3.
Loyang
Untuk menampung benih saat dilakukan pengukuran.
3.
Timbangan Analitik
Untuk mengukur berat ikan
4.
Mistar
Untuk mengukur panjang ikan
5.
Blower
Untuk menyuplai oksigen
6.
Selang Aerasi
Untuk menyalurkan oksigen
7.
Batu Aerasi
Untuk menyebarkan oksigen
8.
Keran Aerasi
Untuk mengatur banyaknya suplai oksigen yg masuk kedalam air
9.
Selang Sifon
Untuk menyedot kotoran dalam air
10.
Termometer
Untuk mengukur suhu
11.
DO meter
Untuk mengukur DO
12.
pH meter
Untuk mengukur pH
13.
Seser
Untuk menangkap ikan
14.
Gelas Ukur
Untuk mengukur air
15.
ATM
Untuk mencatat data
16.
Kamera
Untuk dokumentasi
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan selama praktikum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Bahan yang digunakan antara lain :
No.
Bahan
Fungsi
1.
Air Limbah Lele
Untuk pembuatan bioflok
2.
Gula Pasir
Untuk pembuatan bioflok
3.
Air Bersih
Untuk media pemeliharaan
4.
Pakan F-500
Untuk makanan ikan
5.
Benih Ikan Nila (ukuran 3-5 cm)
Objek uji
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Medote Eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan yang akan diuji cobakan adalah :
1.      Perlakuan A = Tanpa Bioflok (Kontrol) 0 ml/L
2.      Perlakuan B =  2 ml/L Bioflok
3.      Perlakuan C = 4  ml/L Bioflok
Desain wadah penelitian sebagai berikut:
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dari penelitian ini sebagai berikut :
3.4.1 Pembuatan Bioflok
Dalam pembuatan bioflok terdapat hal – hal yang perlu dilaksanakan, adapun tahapan pembuatan bioflok sebagai berikur:
1.      Menyiapkan alat yaitu aquarium yang berukuran 20 x 30 x 20
2.      Menyiapakan bahan gula pasir  serta air limbah buangan lele dumbo.
3.      Air limbah buangan lele yang dibuat bioflok sebanyak 5 liter
4.      Melarutkan gula pasir pada air limbah lele dalam satu liter air sebanyak 5,36 gram.
5.      Setelah gula pasir dilarutkan selanjutnya akan diberikan aerasi yang kuat guna penumbuhan flok.
6.      Bioflok sudah tumbuh dngan melihat perubahan warna air yakni berwarna coklat.
7.      Bioflok siap digunakan, dengan dosis yang sudah ditentukan pada wadah pemeliharaan yakni perlakuan A. 0 ml/l air, Perlakuan B. 2 ml/l air dan C. 4 ml/l air.
3.4.2 Persiapan Wadah
1.      Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan persiapan wadah ikan uji yang terdiri dari akuarium sebanyak 9 buah dengan ukuran 20 x 30 20 cm. Masing masing akuarium dilengkapi dengan selang aerasi dan batu aerasi untuk pensuplai oksigen terlarut dalam air. Wadah yang digunakan masing-masing diisi air sebanyak 6 liter dan diberi aerasi yang cukup untuk mensuplai oksigen. Jumlah benih ikan nila yang ditebar 1 ekor /l air sehingga dalam satu wadah akuarium terdapat 6ekor benih ikan Nila.
2.      Menyiapkan wadah penampungan benih ikan nila sebelum dilakukan penebaran ke wadah pemeliharaan.
3.      Menyiapkan peralatan dan bahan percobaan yang akan digunakan dalam penelitian
3.4.3 Penebaran Ikan
Benih yang ditebar dngan dengan ukuran 3-5 cm, Padat tebar benih ikan nilaberdasarkan (SNI, 1999)adalah 1 ekor/liter air. Maka dalam praktikum yang dilaksanakan yaitu setiap akuarium diisi 6 ekor benih ikan nila pada masing-masing wadah dengan volume air sebanyak 6 liter. Penebaran benih ikan nila dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
3.4.4 Maintenance
Perawatan atau pemeliharaan selama praktikum berlangsung yakni sebagai berikut.
1.      Pergantian air dilakukan seminggu sekali.
2.      Pemberian pakan F500 dengan dosis 5% dengan frekuensi 2 kali sehari yakni pada pagi dan sore.
3.      Penambahan bioflok dilakukan setiap 2 hari sekali.
4.      Pengukuran berat dan panjang ikan dilakukan seminggu sekali.
5.      Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir praktikum yakni pH, DO, Suhu.
3.5 Parameter Uji
Parameter yang diamati selama pelaksanaan penelitian adalah :
 3.5.1 Pertumbuhan
1.      Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih antara panjang tubuh diakhir pemeliharaan dengan panjang tubuh diawal pemeliharaan (Folnuari et al,. 2017). Pertumbuhan panjang mutlak dihitung berdasarkan rumus :
PM = Lt – Lo
(Effendie, M.I. 1979)
 Keterangan :
Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm),
Lt = Panjang rata-rata diakhir pemeliharaan (cm),
Lo = Panjang rata-rata diawal pemeliharaan (cm).
2.      Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan bobot mutlak merupakan selisih antara bobot tubuh pada akhir pemeliharaan dengan bobot tubuh pada awal pemeliharaan (Folnuari et al,.2017).. Pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus :
 PM = Wt – Wo
(Effendie, M.I. 1979)
 Keterangan :
PM = Pertumbuhan mutlak (g),
Wt = Bobot rata-rata pada akhir penelitian (g),
Wo = Bobot rata - rata pada awal penelitian (g).
3.5.2 Kelangsungan Hidup
Data kelangsungan hidup ikan uji didapatkan pada akhir pemeliharaan dan dianalisa menggunakan rumus.
SR = × 100
(Goddard, 1996)
 Keterangan :
SR = Survival rate (%),
Nt = Jumlah ikan yang mati selama penelitian (ekor),
No = Jumlah ikan hidup pada awal pengumpulan data (ekor).
3.5.3 Kualitas Air
Selama penelitian pengukuran kualitas air dilakukan 2 kali yaitu pada awal
dan akhir penelitian dengan parameter suhu, pH dan DO.
3.6 Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan system pengolahan data Exel. Apabila data homogen selanjutnya dianalisa dengan uji F (anava). Jika F hitung < F table pada taraf kepercayaan 95%, berarti tidak ada pengaruh pemberian bioflok untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, H0 diterima dan H1 ditolak. Jika Fhitung > F tabel pada taraf kepercayaan 95%, berarti ada pemberian bioflok untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, H0 ditolak dan Hditerima.







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Tabel 4. Perhitungan Panjang Mutlak
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
1
2
3
A
1.1
0.7
1.0
2.8
B
0.7
1.7
1.9
4.3
C
0.7
0.8
1.8
3.2
Jumlah
2.5
3.2
4.7
10.4
Rata-rata
0.8
1.1
1.6
1.2

Derajat Bebas
·         dB Total  =  total pengamatan – 1
    = 9 – 1
    = 8
·         dB Perlakuan  = Total perlakuan – 1
= 3 -1
 = 2
·         dB galat          = Total Perlakuan (Total Ulang-1)
= 3 ( 3 – 1 )
= 3 x 2
= 6
Faktor Koreksi (FK)
FK      = Total^2 / Total perlakuan x Total ulangan
            = 10,4^2 / 3 x 3  = 12
Jumlah Kuadrat (JK)
·      Jumlah Kuadrat Total (JKT)
 JKT
=  (1,12+ 0,72 +12 + 0,72 + 1,72 + 1,92 + 0,72 + 0,82 + 1,82) - 12
= ( 1,2 + 0,5 + 1 + 0,5 +  2,9 + 3,6 + 0,5 + 0,6 + 3,2 ) - 12
= 14  –  12
=  2
·      Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP  
=  (2,5^2+3,2^2+ 4,7^2) / 3 - 12
=  38,6 / 3 – 12
= 12,87  – 12
= 0,87
·      Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT – JKP 
            =  2- 0,87
            = 1,13
·      Kuadrat Tengah (KT)
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP            = JKP/dbp
= 0,87/ 3
= 0,29
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
      KTG          = JKG/dbg
= 1,13 / 6
 = 0,18
·      F Hitung (Fhit)
       Fhit            = KTP/KTG 
= 0,29/ 0,18
 = 1,61
Tabel 5. Tabel ANOVA
SK
Db
JK
KT
Fhit
F Tabel
5%
Perlakuan
Galat
Total
2
6
8
0,87
1,13
2
0,29
0,18

1,61

5,14


4.1.2 Pertumbuhan Berat Mutlak
Tabel 6. Perhitungan Panjang Mutlak
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
1
2
3
A
1.38
0.75
1.10
3.23
B
0.66
1.86
2.17
4.69
C
0.76
0.66
1.31
2.73
Jumlah
2.80
3.26
4.58
10.64
Rata-rata
0.93
1.09
1.53
1.18

Derajat Bebas
·         dB Total  =  total pengamatan – 1
    = 9 – 1
    = 8
·         dB Perlakuan  = Total perlakuan – 1
= 3 -1
 = 2
·         dB galat          = Total Perlakuan (Total Ulang-1)
= 3 ( 3 – 1 )
= 3 x 2
= 6
Faktor Koreksi (FK)
FK      = Total^2 / Total perlakuan x Total ulangan
            = 10,64^2 / 3 x 3   = 113,27 / 9    =  12.59
Jumlah Kuadrat (JK)
·      Jumlah Kuadrat Total (JKT)






=  (1,382+ 0,752 +1,102 + 0,662 + 1,862 + 2,172 + 0,762 + 0,662 + 1,312) -12.59
= ( 1,90 + 0,56 + 1,21 + 0,43 +  3,46 + 4,71 + 0,58 + 0,43 + 1,72 ) - 12.59
= 14,99  –  12,59
=  2,41
·      Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)







= (2,80^2 + 3,26^2 + 4,58^2) / 3 - 12.59
= 39,46 / 3 12,59
= 13,15 – 12,59
= 0,57
·      Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT – JKP 
            =  2,41- 0,57
            = 1,84
·      Kuadrat Tengah (KT)
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP            = JKP/dbp
= 0,57 / 3
= 0,28
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
      KTG          = JKG/dbg
= 1,84 / 6
 = 0,31
·      F Hitung (Fhit)
       Fhit            = KTP/KTG 
= 0,28 / 0,31
 = 0,93
Tabel 7. Tabel ANOVA
SK
Db
JK
KT
Fhit
F Tabel
5%
Perlakuan
Galat
Total
2
6
8
0,57
1,84
2,41
0,28
0,31

0,93


5,14


4.1.3 Kelangsungan Hidup
Tabel 8. Perhitungan Panjang Mutlak
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rata-rata
1
2
3
A
83.3
83.3
83.3
250.0
83.3
B
66.7
50.0
50.0
166.7
55.6
C
66.7
50.0
33.3
150.0
50.0
Jumlah
216.7
183.3
166.7
566.7

Rata-rata
72.2
61.1
55.6

63.0

Derajat Bebas
·         dB Total  =  total pengamatan – 1
    = 9 – 1
    = 8
·         dB Perlakuan  = Total perlakuan – 1
= 3 -1
 = 2
·         dB galat          = Total Perlakuan (Total Ulang-1)
= 3 ( 3 – 1 )
= 3 x 2
= 6
Faktor Koreksi (FK)
FK      = Total^2 / Total perlakuan x Total ulangan
            = 566,7^2 / 3x3   =  321103,6 / 9    =  35679,01
Jumlah Kuadrat (JK)
·      Jumlah Kuadrat Total (JKT)






=  (83,32 + 83,32 +83,32 + 66,72 + 50,02 + 50,02 + 66,72 + 50,02 + 33,32) - 35679,01
= (6943.89 + 6943.89 + 6943.89 + 4444.89 +  2500   + 2500 + 4444.89  + 2500  +1110.89) –1110,89
= 38332,33–  1110,89
2654.16
·      Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP)







= (250,0^2 + 166,7^2 + 150,0^2) / 3 - 35679,01
=  38332,33 / 3  – 35679,01
= 12777.44 – 35679,01
= -22900.73

·      Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKG     = JKT – JKP 
            =  2654.16-22900.73
= -10123.28

·      Kuadrat Tengah (KT)
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTP)
KTP            = JKP/dbp
= -22900,73/3
= 6388.72
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
      KTG          = JKG/dbg
= -10123,28 / 6
 = -1687.21

·      F Hitung (Fhit)
       Fhit            = KTP/KTG 
= 6388.72/ -1687.21
 = -3.79
Tabel 9. Tabel ANOVA
Sumber
DB
JK
KT
Fhit
Ftabel
Keragaman
5%
Perlakuan
2
-22900.73
6388.722
-3.79
5.14
Galat
6
-10123.28
-1687.21

Total
8
2654.16



4.1.4 Kualitas Air
Tabel 10. Pengukuran Kualitas Air
Variabel
Perlakuan
A
B
C
Suhu
27.7
27.6
27.8
DO
5.3
5.6
5.5
Ph
7.2
7.3
7.5

4.2 Pembahasan
Pada praktikum berbasis riset ini dilakukan Pemeliharaan benih ikan nila (Oreochromis niloticus) pada wadah akuarium dengan ukuran  20 x 30 x 20 cmdilakukan dengan penerapan teknologi bioflok menggunakan 3 perlakuan dan 3 ulangan antara lain A = Control , B = 2 ml/l bioflok, C = 4 ml/l bioflok. Benih yang ditebar dngan dengan ukuran 3-5 cm, Padat tebar benih ikan nila berdasarkan (SNI, 1999)adalah 1 ekor/liter air. Maka dalam praktikum yang dilaksanakan yaitu setiap akuarium diisi 6 ekor benih ikan nila pada masing-masing wadah dengan volume air sebanyak 6.
4.2.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Berdasarkan diagram dapat dilihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak dari benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diaplikasikan pemberian bioflok mengalami peningkatan pada perlakuan B yaitu dengan pemberian bioflok sebanyak 2 ml/l. Pertumbuhan panjang mutlak selama praktikum dari yg tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut : Perlakuan B = 1,4 cm, Perlakuan C = 1,1 cm, dan Perlakuan A = 0,9 cm. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pemberian bioflok pada pemeliharaan benih ikan nila tidak berpengaruh pada pertumbuhan panjang ikan.
Berdasarkan diagram dapat dilihat bahwa pertumbuhan bobot mutlak dari benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diaplikasikan pemberian bioflok mengalami peningkatan pada perlakuan B yaitu dengan pemberian bioflok sebanyak 2 ml/l. Pertumbuhan bobot mutlak selama praktikum dari yg tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut : Perlakuan B = 1,56 gr, Perlakuan C = 1,08 gr, dan Perlakuan A = 0,91 gr. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pemberian bioflok pada pemeliharaan benih ikan nila tidak berpengaruh pada pertumbuhan berat ikan.
4.2.3 Kelangsungan Hidup

Hasil pengamatan menunjukan kelangsungan hidup benih ikan nila terendah yaitu 50,0 % dengan penambahan bioflok 4 ml/l. Sedangkan tingkatkelangsungan hidup benih nila tertinggi yaitu 83,3 % dengan penambahan bioflok sebesar 2 ml/l. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi pemberian bioflok pada pemeliharaan benih ikan nila tidak berpengaruh pada Kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus).
4.2.4 Kualitas Air

Selama masa pemeliharaan nilai parameter kualitas air pada masing-masing media budidaya terlihat masih baik. Meskipun secara umum sering tidak stabil, namun perubahan yang terjadi masih berada dalam batas toleransi untuk kehidupan benih ikan nila (Oreochromis niloticus).









BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.    Pada pengamatan pertumbuhan panjang dan berat mutlak benih ikan nila dengan pemberian bioflok tidak memberikan pengaruh pada ikan. Namun dengan pemberian dosis 2 ml/l air dapat memberikan pertumbuhan panjang maupun berat tertinggi yaitu 1,4 cm dan 1,56 gr
2.  Pada pengamatan kelangsungan hidup ikan juga pemberian bioflok tidak memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.
3.   Dosis terbaik bioflok pada praktikum ini yaitu 2 ml/l meski tidak berpengaruh tapi dosis tersebut dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik disbanding dosis lainnya.
4.      Kualitas air pada pemeliharaan benih ikan nila antara lain, suhu = 27,70C , DO = 5,5 dan pH = 7,4
5.2 Saran
Diharapkan pemanfaatan bioflok ini tidak hanya di aplikasikan pada ikan lele dan ikan nila, agar kedepannya dapat digunakan pada ikan jenis dan spesies lainnya.










DAFTAR PUSTAKA

Agusanto. 2012. Inventarisasi Jenis Ikan dan Karakteristik Kualitas Perairan Danau Teratai Desa Pontolo Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. Artikel Jurnal Fpik Ung.

Arifin M. Yusuf. 2016. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis Sp.) Strain Merah Dan Strain Hitam Yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol.16 No.1

Effendi Hefni, Utomo Bagus Amalrullah, Darmawangsa Giri Maruto, Karo-Karo Rebo Elfda. 2015. Fitoremediasi Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp.) Dengan Kangkung (Ipomoea Aquatica) Dan Pakcoy (Brassica Rapa Chinensis) Dalam Sistem Resirkulasi. Ecolab Vol. 9 No. 2, 47 - 104.

Effendie, M.I. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri Bogor. 112 hal.

Ekasari J. 2009. Teknologi Bioflok: Teori dan Aplikasi dalam Perikanan Budidaya Sistem Intensif. Jumal Akuakultur Indonesia. 8(2): 117-126

Folnuari Syandy, Rahimi Sayyid Afdhal El, Rusydi Ichsan. 2017. Pengaruh Padat Tebar Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus-lanceolatus) Pada Teknologi KJA HDPE. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Volume 2, Nomor 2: 310-318

Goddard, S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. Chapman and Hall. New York. 194 hal.

Husain Nasyir. Putri Berta dan Supono. 2014. Perbandingan Karbon Dan NitrogenPada Sistem Bioflok Terhadap PertumbuhanNila Merah (Oreochromis niloticus). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Volume III No 1 Oktober 2014

Mujalifah, Santoso Hari, Laili Saimul. 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. E-Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic). Volume 3/ No.: 3 / Halaman 10 – 17

Oktafiani Melinda, Supono, Harpeni Esti, Putri Berta. 2016. Penggunaan Tepung Bioflok Sebagai Agen Imunostimulan Pada Sistem Pertahanan Non Spesifik Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus).e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Volume IV No 2

Satia, Y., P. Octorina Dan Yulfiperius. 2015. Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur. Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Jawa Barat.

Septiani Nani, Maharani Henni Wijayanti dan Supono. 2014. Pemanfaatan Bioflok Dari Limbah Budidaya Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Sebagai Pakan Nila (Oreochromis Niloticus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Volume II No 2

Tadjuddah Muslim, Wiryawan Budy, Purbayanto Ari, Wiyono Eko S. 2013. Parameter Biologi Ikan Kerapu (Epinephelus Sp.) Hasil Tangkapan Di Perairan Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Indonesia. Marine Fisheries. Vol. 4, No. 1. Hal : 11-21

Sukardi Purnama, Soedibya Petrus Hary Tjahja, Pramono Taufik Budhi. 2018. Produksi Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Sistem Bioflok Dengan Sumber Karbohidrat Berbeda. Ajie - Asian Journal Of Innovation And Entrepreneurship, 198-203.






LAMPIRAN
Hasil Pengukuran
a. Pengukuran Minggu ke- 0

No
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
1
3.5
0.64
4.0
1.07
3.2
0.54
5.0
1.95
3.0
0.44
4.0
1.13
3.9
0.94
3.8
0.85
3.0
0.42
2
3.7
0.77
3.5
0.62
3.8
0.81
4.0
0.95
4.0
0.94
4.5
1.43
4.5
1.24
3.0
0.48
3.0
0.49
3
5.0
1.78
4.0
1.11
3.7
0.79
3.5
0.78
4.5
1.07
4.5
1.41
4.5
1.51
3.0
0.41
3.5
0.77
4
3.8
0.84
3.8
0.84
3.7
0.7
3.5
0.75
3.0
0.44
4.0
0.86
3.8
0.78
3.0
0.39
3.3
0.98
5
4.0
0.94
3.5
0.62
3.8
0.75
3.6
0.7
3.5
0.61
3.3
0.55
4.3
1.17
4.5
1.27
3.0
0.39
6
3.8
0.96
4.6
1.26
4.3
1.2
3.7
0.77
4.2
1.16
4.1
1.11
3.5
0.85
4.5
1.5
3.5
0.61
24,7
5.93
20,4
5.52
23,1
4.79
24,8
5.9
20,7
4.66
25,6
6.49
23,5
6.49
22,8
4.9
17,1
3.66
Rata-rata
3.97
0.99
3.90
0.92
3.75
0.80
3.88
0.98
3.70
0.78
4.07
1.08
4.08
1.08
3.63
0.82
3.22
0.61

b. Pengukuran Minggu ke-1
No
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3

P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B

1
3.9
0.76
4.4
1.04
4.5
1.28
4.0
0.92
4.6
1.53
4.5
1.40
3.2
0.91
3.5
0.67
3.6
0.67

2
4.0
1.06
3.9
0.79
4.0
1.1
5.5
2.58
3.5
0.69
4.5
1.73
4.5
1.73
4.5
1.43
3.5
0.69

3
3.6
0.79
4.5
1.57
3.6
0.73
4.1
1.3
4.8
1.71
4.6
2.07
3.6
0.69
4.5
1.51
3.0
0.29

4
4.1
1.33
4.2
1.2
4.1
1.33
3.6
0.96
4.5
1.43
3.5
0.85
4.0
1.14
3.9
0.84
3.0
0.43

5
5.2
2.19
3.4
0.61
3.7
1.12
3.7
0.74
3.3
0.78
4.5
1.54
4.2
1.12
3.4
0.71
4.0
0.84

6
3.9
0.96
-
-
3.2
0.70
3.9
0.96
-
-
4.0
1.25
4.0
1.10
3.0
0.35
-
-

24,7
7.09
20,4
5.21
23,1
6.26
24,8
7.46
20,7
6.14
25,6
8.84
23,5
6.69
22,8
5.51
17,1
2.92

Rata-rata
4.1
1.18
4.1
1.04
3.8
1.04
4.1
1.24
4.1
1.23
4.3
1.47
3.9
1.12
3.8
0.92
3.4
0.58

b. Pengukuran Minggu ke-2
No
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
1
4.4
1.06
4.9
2.04
4.5
1.62
4.0
1.02
3.7
0.98
4.9
1.28
3.2
1.10
4.7
1.96
3.7
0.90
2
4.2
1.14
3.5
0.68
4.3
1.34
3.6
0.90
4.8
1.76
5.6
2.52
3.6
0.64
3.8
0.80
3.9
1.10
3
4.5
1.62
4.4
1.36
4.5
1.32
3.9
1.06
5.0
2.08
4.7
1.46
4.5
1.44
3.4
0.78
-
-
4
4.0
1.08
4.0
1.20
4.6
1.70
4.0
1.06
5.0
1.84
5.0
1.84
4.3
1.24
4.5
1.34
-
-
5
5.5
2.46
3.6
0.84
4.2
0.90
4.3
1.46
-
-
5.3
2.22
5.2
2.26
3.6
0.84
-
-
6
-
-
-
-
-
-
5.5
2.68
-
-
-
-
4.3
1.02
-
-
-
-
22.60
7.36
20.40
6.12
22.10
6.88
25.30
8.18
18.50
6.66
25.50
9.32
25.10
7.70
20.00
5.72
7.60
2.00
Rata-rata
4.5
1.47
4.1
1.22
4.4
1.38
4.2
1.36
4.6
1.67
5.1
1.86
4.2
1.28
4.0
1.14
3.8
1.00

c. Pengukuran Minggu ke-3
No
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
1
4.5
1.56
4.7
1.56
3.9
1.09
5.7
2.98
4
1.12
5.5
2.66
4.6
1.53
4.0
0.91
4.5
1.53
2
4.5
1.40
4.9
1.78
5.0
1.93
4.4
1.28
5.2
2.11
5.8
3.12
4.0
1.05
5.1
2.19
4.2
1.26
3
5.8
2.96
4.1
1.06
4.8
2.09
4.2
1.27
5.5
2.34
5.8
3.13
5.6
2.90
4.9
1.77
4
5.0
2.01
3.8
0.79
4.9
1.66
4.3
1.17
5.5
2.49
4.0
1.18
4.0
1.05
5
4.0
1.34
5.2
2.3
4.5
1.53
4.7
1.89
4.8
1.59
6
4.4
1.28
23.8
9.27
22.7
7.49
23.1
8.3
23.3
8.59
20.2
8.06
17.1
8.91
27.4
9.53
18.0
5.92
8.7
2.79
Rata-rata
4.8
1.85
4.5
1.50
4.6
1.66
4.7
1.72
5.1
2.02
5.7
2.97
4.6
1.59
4.5
1.48
4.4
1.40

d. Pengukuran Minggu ke-4
No
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
P
B
1
4.5
1.42
5.4
2.57
5.3
2.53
5.0
2.30
5.8
2.83
6.0
3.32
6.0
3.24
4.0
1.01
5.0
1.85
2
5.1
2.74
5.0
2.05
4.5
1.60
4.6
1.45
4.1
1.51
6.0
3.20
4.9
1.92
5.2
2.31
5.0
1.99
3
5.0
2.34
4.8
1.58
5.0
2.04
4.7
1.57
6.3
3.57
6.0
3.23
4.2
1.22
4
1.10
-
-
4
6.0
3.43
4.0
1.03
5.0
2.00
4.0
1.25
-
-
-
-
3.9
1,00
-
-
-
-
5
4.7
1.89
4.0
1.11
4.0
1.33
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25.3
11.82
23.2
8.34
23.8
9.5
18.3
6.57
16.2
7.91
18.0
9.75
19.0
7.38
13.2
4.42
10.0
3.84
Rata-rata
5.1
2.36
4.6
1.67
4.8
1.90
4.6
1.64
5.4
2.64
6.0
3.25
4.8
1.85
4.4
1.47
5.0
1.92