Selasa, 05 Februari 2019

Artikel

STRATEGI REPRODUKSI IKAN




OLEH

FATMA TOOLINGO                         (1111416016) 
IKE NURSYAFITRI DANGKUA    (1111416021) 
ARHAM ZAKARIA                            (1111416017)
ROCKY H. PATAMANI                    (1111416019)







UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
2017






STRATEGI REPRODUKSI IKAN
Oleh
Fatma Toolingo, Ike Nursyafitri Dangkua, Arham Zakaria, Rocky H. Patamani


Abstrak
STRATEGI REPRODUKSI IKAN. Ikan memiliki banyak cara untuk melakukan reproduksi mereka di berbagai lingkungan. Ada faktor lingkungan yang berbeda antara daerah beriklim sedang dan tropis yang mempengaruhi tahap reproduksi ikan. Faktor lingkungan membuat ikan memiliki banyak strategi di dalamnya proses reproduksi. Artikel ini memberikan informasi tentang reproduksi ikan, strategi reproduksi, hermaproditisme dan adaptasi ikan untuk melengkapi artikel tentang reproduksi ikan.
Kata Kunci : Ikan, Strategi, Reproduksi, Pemijahan, Fertilisasi, Gonad


A.      Pendahuluan
Reproduksi pada ikan seperti halnya makhluk hidup lainnya, adalah suatu proses alamiah dalam upaya pengekalan spesies. Ikan mengembangkan berbagai strategi reproduksi  untuk mencapai keberhasilan reproduksi. Di sini organ-organ yang terkait dengan proses reproduksi sangat berperan. Hal ini sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan perairan tempat hunian ikan. Perubahan lingkungan akan memberikan efek yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan melakukan ruaya yang jauh untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat dan tepat waktu untuk kepastian keberhasilan reproduksi terkait erat dengan peran system endokrin.

B.       Pembahasan
1.      Pengertian Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Untuk dapat melakukan reproduksi maka harus ada gamet jantan dan betina. Penyatuan gamet jantan dan betina akan membentuk zigot yang selanjutnya berkembang menjadi generasi baru.
Salah satu segi terpenting pada makhluk hidup adalah kemampuannya berkembangbiak (reproduksi). Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu proses alam dalam usaha mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ada dua cara berbeda pada makhluk hidup dalam membentuk keturunan, yaitu reproduksi secara seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi karena bertemunya gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (sel telur) dalam suatu proses pembuahan (fertilisasi), sedangkan pada reproduksi aseksual, keturunan yang terbentuk tanpa melalui proses pembuahan (KIMBALL 1994).
 Ikan merupakan salah satu makhluk hidup yang secara umum bereproduksi secara seksual. Dalam proses reproduksinya, ikan mempunyai tingkah laku dan tata cara yang berbeda-beda, mulai dari tingkah laku meminang dan kawin, memijah, sampai penjagaan terhadap telur dan anak-anaknya.
Reproduksi pada ikan merupakan salah satu topik yang cukup menarik dalam mempelajari ilmu tentang ikan (iktiologi). Ikan memiliki pola dan tingkah laku reproduksi yang beraneka ragam, tergantung dari jenis, habitat, atau kondisi lingkungan-nya. Kondisi lingkungan di daerah tropis berbeda dengan di daerah sub tropis. Berdasarkan kondisi lingkungan tersebut arus dan angin merupakan faktor-faktor yang berperan penting dalam reproduksi ikan-ikan di laut tropis (JOHANNES 1978).
1.      Organ Reproduksi
Organ reproduksi ikan dinamakan gonad. Pada ikan jantan gonad disebut testis dan pada ikan betina dinamakan ovarium. Umumnya ikan bersifat biseksual, namun ditemukan pula sebagian ikan bersifat uniseksual.

Testis berbentuk memanjang dan menggantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorkium. Pada ikan yang mempunyai gelembung gas testis berada dibawah atau di samping gelembung gas. Testis berjumah sepasang dan bentuknya lebih kurang sama besar.

Ovarium berbentuk memanjang, terletak dibawah atau disamping gelembung gas (bila ikan tersebut mempunyai gelembung gas) dan biasanya berjumlah sepasang. Ovarium bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria. Ukuran dan perkembangannya pada rongga tubuh bervariasi sesuai dengan tingkat kematangannya. Warna overium pun berbeda-beda, sebagian besar berwarna keputih-putihan pada waktu masih muda, dan menjadi kekuning-kuningan pada waktu sudah matang atau siap dipijahkan.
 
Ø  Pembuahan Internal
Pembuahan internal (di dalam tubuh) relatif jarang terjadi pada ikan. Beberapa modifikasi pada tubuh ikan jantan diperlukan untuk mentransfer sperma ke dalam organ reproduksi betina. Semua ikan bertulang rawan (Chondroichthyes). yaitu bangsa ikan cucut dan pari, mempunyai pola reproduksi dengan pembuahan internal. Sirip perut pada ikan jantan telah dimodifkasi menjadi lebih lancip dan bercelah, yang disebut dengan clasper, dan digunakan untuk menyalurkan sperma selama kopulasi (pembuahan). Sedangkan pada ikan-ikan bertulang sejati yang melakukan pembuahan secara internal, ikan jantan memodifikasi sirip anal menjadi lebih panjang dan lancip, atau pada ujung saluran tempat sperma dilepaskan bentuknya membesar dan berubah (PATENT 1976).
Pada pembuahan secara internal ini, kebanyakan telur-telur yang telah dibuahi di dalam tubuh ikan betina tetap berada di dalam tubuh induknya hingga menetas. Telur-telur tersebut mempunyai kuning telur yang cukup banyak sebagai cadangan makanan bagi embrio yang sedang berkembang. Banyak ikan yang bereproduksi secara internal, membiarkan anak-anaknya yang telah menetas tetap berada di dalam tubuh induknya untuk berkembang hingga menjadi cukup besar dan kuat untuk dilahirkan. Dalam beberapa kasus, organ reproduksi pada ikan betina dimodifikasi agar dapat memberikan zat-zat makanan pada embrio yang berkembang di dalam tubuh induk. sementara tubuh embrio tersebut telah diadaptasikan untuk menerima dan menggunakannya.
Contoh ikan bertulang sejati yang melakukan pembuahan secara internal dan melahirkan anaknya adalah ikan Coelacanth, atau yang dikenal sebagai ikan fosil hidup. Jenis ikan Coelacanth betina pernah ditemukan dengan lima ekor embrio yang sedang berkembang di dalam ovariumnya. Tiap-tiap anak ikan tersebut memiliki kantung kuning telur di bawah tubuhnya yang berfungsi sebagai sumber makanan. Jenis ikan lain yang melakukan pembuahan internal adalah ikan-ikan pada marga Lutjanus. Ikan-ikan ini bereprodoksi di perairan dangkal. Pembuahan terjadi dengan amat cepat, dimana ikan jantan menyalurkan sperma dan masuk ke dalam tubuh betina dengan cara membengkokkan tubuhnya sambil digetarkan. Seekor ikan betina besar mampu membawa sekitar 20 ekor anak ikan di dalam tubuhnya. Anak-anak ikan tersebut berkembang dengan menyerap makanan dari cairan dalam ovarium. dan mereka telah dapat mencari makan di perairan hanya dalam waktu satu menit setelah dilahirkan (PATENT 1976).
Ø  Pembuahan secara Eksternal
Kebanyakan ikan laut, melakukan pembuahan secara eksternal. yaitu individu jantan dan betinanya sama-sama melepaskan sperma dan sel telurnya di perairan. Telur-telur yang dilepaskan ke perairan, ada yang mengapung di permukaan dan ada pula yang tenggelam di dasar perairan. Banyak jenis ikan dasar dan ikan-ikan yang hidup di lautan terbuka melepaskan telur dengan cara mengapungkannya di permukaan perairan. Telur-telur yang dilepaskan dengan cara seperti ini cenderung berukuran kecil sehingga mudah untuk mengapung dan dikeluarkan dari dalam tubuh induknya dalam jumlah yang cukup banyak, untuk kemudian mengapung bersama-sama dengan plankton-plankton yang berukuran kecil. Sebagai contoh adalah ikan Makarel Atlantik, ikan ini melepaskan sekitar 500.000 telur dalam satu tahun di permukaan perairan. Sejak ikan betina berusia 4 tahun, mereka mengeluarkan sekitar 2 juta telur sepanjang hidupnya. Contoh lain adalah pada kelompok ikan Acanthuridae, mereka biasa memijah dalam kelompok-kelompok kecil dan berenang lebih ke arah permukaan. Telur-telurnya dibiarkan mengapung di permukaan untuk kemudian menetas dan menjadi larva yang berbentuk transparan dan hidup secara planktonik (PATENT 1976).
Pada jenis ikan yang lain, mereka cenderung untuk menenggelamkan telurnya (meletakkan di dasar perairan). Biasanya ikan-ikan yang hidup di perairan dangkal melakukan cara tersebut, mereka meletakkan telur-telurnya di dasar perairan, ataupun di dalam sarang yang mereka buat. Pada jenis-jenis ikan yang melakukan hal ini, ukuran telurnya cenderung lebih besar dan jumlah telurnya lebih sedikit daripada telur-telur yang mengapung. Telur-telur ini mengandung lebih banyak kuning telur untuk makanan embrio di dasar perairan. Ikan-ikan yang kemudian menetas, tetap berada di dasar perairan yang dangkal dimana terdapat banyak makanan (PATENT 1976).
Metode dengan mengapungkan telur-telur cenderung lebih riskan dengan tingkat keberhasilan untuk menetas dan berkembang hingga dewasa yang amat kecil karena banyaknya faktor-faktor pembatas. Faktor-faktor pembatas itu antara lain adalah banyak telur yang disebarkan tidak sempat dibuahi, beberapa telur rusak disebabkan oleh bakteri dan jamur, atau termakan oleh organisme-organisme pemakan plankton. Telur-telur lain mungkin hanyut ke perairan yang terlalu hangat ataupun terlalu dingin di luar kisaran normal bagi telur tersebut untuk berkembang. Hal yang sama juga dapat terjadi pada ikan-ikan yang masih muda, mereka harus bertahan hidup dari bahaya pemangsa yang banyak terdapat di laut. Pada ikan Makarel Atlantik, tingkat kematian ikan-ikan muda amatlah tinggi, hanya sekitar satu persejuta yang dapat tetap hidup hingga bereproduksi (PATENT 1976).

4.      Adaptasi Ikan Sebagai Suatu Strategi Reproduksi
Selain berdasarkan tipe telurnya, strategi reproduksi ikan laut tropis juga dapat berupa adaptasi ikan terhadap lingkungannya untuk dapat melangsungkan proses reproduksi. Adaptasi tersebut dapat berupa kemampuan telur ikan untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang ekstrim, ataupun perubahan bentuk tubuh ikan sebagai cara beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai contoh adalah ikan-ikan yang hidup di laut dalam, mereka mempunyai cara-cara khusus agar dapat mempertahankan hidupnya, termasuk dalam hal reproduksi. Langkanya sumber makanan yang ada di laut dalam mengakibatkan sangat rendahnya kepadatan organisme, Juga menimbulkan masalah sulitnya memperoleh pasangan dari jenis kelamin yang berbeda untuk keperluan reproduksi dalam habitat yang sangat luas dan gelap gulita tersebut.
Salah satu adaptasi yang dilakukan tampak pada ikan-ikan pemancing (Ang1erfishes) dari bangsa Ceratoidea. Pada bangsa ikan ini, ikan betina mempunyai ukuran tubuh yang jauh lebih besar daripada ikan jantan. Anglerfish jantan membuahi betinanya dengan cara hidup menempel sebagi parasit pada ikan betina (NYBAKKEN 1982). Sebelumnya, ikan-ikan jantan tersebut berenang bebas di perairan sampai ia menemukan betinanya. Ikan jantan muda mempunyai mata yang berbentuk seperti pipa dan organ olfaktori yang membesar. Organ reproduksinya berkembang dengan cepat, hingga mereka siap bererproduksi dan mulai berenang mencari pasangannya (COSTEAU 1975).
Menurut NYBAKKEN (1982), ikan-ikan jantan tersebut menemukan pasangannya melalui indra olfaktorik. Ketika ikan jantan tersebut menemukan betinanya, ia langsung menempelkan mulutnya di tubuh ikan betina dengan gigi-giginya yang tajam dan tidak pernah melepaskannya lagi. Kulit ikan jantan lambat-laun bersatu dengan tubuh ikan betina. Sistem sirkulasinya juga ikut bersatu, sehingga tubuh ikan jantan menjadi tergantung pada ikan betina. Ikan jantan akan menghabiskan sisa hidupnya sebagai parasit dengan menempel pada tubuh ikan pasangannya, ia mendapatkan makanan dengan menyerap dari tubuh betina tersebut.
Ketika ikan betina tersebut memijah, maka telur-telurnya akan segera dibuahi oleh ikan jantan. Tidak jarang pada satu betina terdapat lebih dari satu individu jantan. Telur-telur yang dihasilkan ikan ini kemudian akan mengapung di permukaan, dan ketika menetas, larvanya terbungkus oleh gelatin yang membuat larva tersebut terlihat lebih besar dibanding kebanyakan hewan planktonik lainnya (COSTEAU 1975).

5.      Strategi Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup di permukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. Ikan memiliki variasi yang luas dalam strategi reproduksi agar keturunannya mampu bertahan hidup. Tiga strategi reproduksi yang paling menonjol : (1) Memijah hanya bilamana energi (lipid) cukup tersedia; (2) Memijah dalam proporsi ketersediaan energi; (3) Memijah dengan mengorbankan semua fungsi yang lain, jika sesudah itu individu tersebut mati.
Berdasarkan ke tiga strategi reproduksi tersebut, maka ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sebagai konsekuensi dari sintasan yang rendah. Sebaliknya ikan yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran setiap butir telurnya besar, dan kadang- kadang memerlukan perawatan dari induknya, misalnya ikan tilapia.
Berdasarkan strategi reproduksi yang dimiliki oleh ikan maka dikenal tipe reproduksi seksual dengan fertilisasi internal dan reproduksi seksual dengan fertilisasi eksternal. Reproduksi seksual dengan fertilisasi internal, dilakukan dengan menempatkan sperma dalam tubuh betina sehingga mengurangi kekeringan atau mengatasi kekurang dekatan sperma dan telur sehingga fertilisasi dapat berlangsung. Sedangkan fertilisasi eksternal, merupakan penggabungan dua gamet (sperma dan telur) di luar tubuh masing-masing induk secara terkoordinasi.



6.      Strategi Reproduksi Ikan Laut Tropis
Strategi reproduksi merupakan suatu cara bagi ikan-ikan dalam berproduksi untuk dapat mempertahankan keturunannya. Strategi reproduksi tersebut dapat berupa tingkah laku ikan dalam meminang (courtship), kawin (mating), perlakuan terhadap telur-telurnya, ataupun pola adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya agar proses reproduksi dapat berlangsung dengan sukses.
Menurut FLOYD (1993), secara umum terdapat tiga jenis strategi reproduksi pada ikan laut tropis berdasarkan tipe telurnya. yaitu jenis telur pelagis (Pelagic eggs). telur-telur demersal (Demersal eggs), dan jenis telur yang ditetaskan dalam tubuh, untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh induk dalam bentuk larva atau ikan-ikan muda (Live, Free-swimming young). Cara yang terakhir ini dikenal juga dengan melahirkan anak (Live bearers).
Ø  Telur Pelagis
Strategi reproduksi yang sering terjadi pada ikan-ikan laut tropis adalah strategi menghasilkan telur-telur pelagis (Pelagic eggs). Telur-telur yang bersifat pelagis ini mempunyai berat jenis yang sama atau lebih ringan dari berat jenis air laut, sehingga telur tersebut dapat melayang di kolom perairan atau mengapung di permukaan (THRESHER dalam FLOYD 1993). Sedangkan larva yang menetas dari jenis telur ini akan hidup secara planktonik selama beberapa jam sampai berbulan-bulan, tergantung dari jenis ikannya. Jenis telur pelagis dibagi menjadi dua tipe, yaitu yang melepaskan telur di kolom perairan (Pelagic spawners) dan yang melepaskan telurnya di dasar perairan (Benthic broadcasters).
Ikan-ikan pelagic spawners lebih sering ditemui daripada ikan-ikan benthic broadcasters. Hal ini disebabkan karena pada ikan-ikan yang berukuran kecil, ketika memijah cenderung berenang di kolom perairan untuk melepaskan telur-telur tersebut kemudian akan mengapung di permukaan atau melayang-layang di kolom perairan. Telur-telur tersebut kemudian dihanyutkan ke lepas pantai (off-shore) ataupun disebarkan ketempat lain dengan bantuan arus dan angin. Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh ikan-ikan yang cenderung hidup tidak jauh dari sarang atau teritorialnya, karena dapat mengurangi kemungkinan mendapat ancaman dari predator ketika melepaskan telur-telurnya ke kolom perairan. (JOHANNES 1078)
Ikan-ikan yang melepaskan telurnya dari dasar perairan (Benthic broadsasters), tidak perlu berenang di kolom perairan untuk melepaskan telur-telurnya, melainkan tetap berada di dasar perairan. Telur-telur yang dilepaskannya akan melayang ke kolom perairan atau mengapung dipermukaan. Sebagai contoh adalah belut laut (Anguiliformes) yang hidup di terumbu karang, merupakan jenis ikan yang melepaskan telur-telurnya dengan cara seperti ini. Akan tetapi pada beberapa jenis belut melakukan migrasi jauh ke lepas pantai terlebih dahulu sebelum memijah (THRESHER dalam FLOYD 1993).
Ø  Telur Demersal
Strategi reproduksi kedua yang umum terjadi pada ikan-ikan laut tropis adalah jenis telur demersal (Demersal eggs). Jenis telur ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada berat jenis air laut sehingga dapat tenggelam didasar perairan. Ikan-ikan yang melakukan hal seperti ini dibedakan lagi menjadi dua kategori, yaitu yang memijah di dasar (Demersal spawners) dan yang melepaskan telurnya di kolom perairan (Egg scatterers).
Pada ikan-ikan yang memijah didasar perairan. umumnya melakukan penjagaan terhadap telur ataupun anak-anaknya. Beberapa tipe penjagaan induk yang dilakukan seperti persiapan dan penjagaan sarang, atau dengan menyimpan telur-telurnya didalam mulut induk (Mounth broading). Sedangkan pada ikan-ikan yang melepaskan telurnya di kolom perairan, tidak melakukan penjagaan terhadap telur-telurnya. Ikan-ikan ini berenang di kolom perairan lalu melepaskan telur-telurnya. Telur-telur tersebut kemudian tenggelam dan bertebaran didasar perairan (THRESHER dalam FLOYD 1993)
Ø  Melahirkan Anak
Strategi reproduksi ketiga pada ikan-ikan laut tropis adalah menetaskan telur di dalam tubuh induk betina, untuk kemudian dikeluarkan dalam bentuk larva ikan atau juvenil ke kolom perairan. Cara ini merupakan cara yang tidak umum terjadi pada ikan-ikan laut tropis, terutama pada ikan-ikan bertulang sejati. Menurut JOHANNES (1978). melahirkan anak pada ikan-ikan laut tropis diduga lebih jarang terjadi dibandingkan dengan ikan-ikan yang hidup diperairan tawar. Hal ini mungkin disebabkan cara tersebut kurang menguntungkan apabila dilakukan di laut, lkan yang mempunyai cara seperti ini mempunyai fekunditas yang rendah dan kondisi induk betina yang sedang mengandung anaknya sangat rentan dari bahaya lingkungan disekitarnya.
Hermaproditisme adalah kondisi dimana pada satu individu hewan yang mempunyai dua organ reproduksi yaitu jantan dan betina (COUSTEAU) 1975). Hermaproditisme dapat juga merupakan kemampuan organisme untuk merubah jenis kelaminnya (Sex inversion). Menurut REINBOTH (1980), terdapat tiga tipe hermaproditisme ikan-ikan bertulang sejati, yaitu hermaprodit simultan, protoginous dan protandrous. Hermaprodit simultan terjadi apabila satu individu dapat menghasilkan sperma dan sel telur, sehingga memungkinkan untuk dapat membuahi dirinya sendiri. Hermaprodit protoginous adalah ikan yang mengalami perubahan kelamin dari betina menjadi jantan, dimana gonadnya semula berfungsi sebagai ovari kemudian berubah fungsi menjadi testes. Sedangkan hermaprodit protandrous merupakan kebalikan dari  protoginous, yaitu ikan yang mengalami perubahan kelamin dari jantan menjadi betina. Hermaprodit protoginous dan protandrous disebut juga dengan hermaprodit sekuensial.
Hermaproditisme merupakan ha1 yang umum pada ikan-ikan laut tropis, terutama ikan-ikan karang. Kebanyakan ikan-ikan laut tropis tersebut merupakan ikan hermaprodit sekuensial, sedangkan jenis ikan yang mengalami hermaprodit simultan antara lain adalah beberapa jenis ikan dari suku Serranidae.
Tabel 1. Strategi reproduksi beberapa suku ikan laut tropis.


 
7.      Tingkah Laku Kawin pada Ikan
Ikan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam tingkah laku meminang (court-ship) dan tingkah laku kawinnya (Mating). Dalam tingkah laku tersebut, ikan jantan dan betina dewasa sama-sama melepaskan sperma dan telur melalui bermacam cara agar terjadi pembuahan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Selain dapat memberikan ketepatan waktu dalam pelepasan sperma dan telur agar pembuahan dapat berhasil baik, tingkah laku meminang juga dapat menjamin dua individu yang berpasangan tersebut berasal dari jenis yang sama. Individu jantan dari setiap jenis ikan mempunyai tanda-tanda atau sinyal tersendiri yang hanya dimengerti oleh betina dari jenisnya. Begitu pula ikan betina mempunyai sinyal-sinyal khusus yang hanya dimengerti oleh individu jantannya (PATENT 1976).
Di alam sangat jarang terjadi perkawinan antara dua jenis ikan yang berbeda (Crossbreed). Andaipun terjadi, embrio yang dihasilkan biasanya tidak berkembang dengan baik. Walaupun dapat tumbuh hingga dewasa, individu tersebut biasanya menjadi individu yang steril (mandul) dan tidak dapat berproduksi. Apabila seekor individu ikan berbuat kesalahan dengan melakukan perkawinan dengan individu dari jenis lain, maka telur atau spermanya hanya akan terbuang percuma. Oleh karena itu, jenis-jenis ikan yang hidup bersama di dalam lingkup area yang sama, mempunyai tingkah laku meminang dan tingkah laku kawin yang berbeda-beda, sehingga mereka hanya dapat melakukan perkawinan dengan pasangan dari jenis yang sama (PATENT 1976).
Biasanya individu jantan berperan aktif dalam tahap pinangan daripada individu betina. Jantan harus dapat meyakinkan individu betina untuk dapat berpasangan dengannya, agar betina tersebut dapat bekerja sama hingga proses pembuahan dapat berhasil. Pada ikan-ikan karang, ikan jantan pada umumnya mempunyai warna yang mencolok dan lebih cerah daripada ikan betina. Selain untuk menarik perhatian ikan betina, warna yang cerah pada ikan-ikan jantan juga dapat memberikan kesempatan pada ikan jantan tersebut untuk mengenali betinanya, karena umumnya ikan-ikan betina memiliki warna yang kusam dan corak tubuh yang kurang menarik (PATENT 1976). Ikan jantan juga biasanya bergerak atraktif dan lincah seperti menari di sekitar ikan betina untuk dapat menarik perhatiannya. Menurut ALLEN (1979), umumnya ikan-ikan jantan dari suku Pomacanthidae memiliki tingkah laku meminang dengan cara berenang ke arah permukaan lalu turun kembali sambil melakukan gerakan-gerakan tertentu untuk menarik perhatian ikan betinanya.
Selama musim kawin, ikan-ikan jantan tersebut biasanya merubah dirinya dengan warna-warna yang lebih terang seperti merah, hijau atau biru (PATENT 1976). Tingkah laku merubah warna (Breeding dress) ini dapat memberikan pesan-pesan tertentu, antara lain adalah memberi tanda pada betina bahwa bahwajantan tersebut telah siap untuk kawin. Hal ini menandakan pula pada ikan jantan lain bahwa ikan jantan tersebut telah siap untuk mempertahankan wilayahnya, karena umumnya ikan-ikan jantan tersebut mulai membuat sarang pada musim kawin.
Biasanya ikan-ikan yang bergerak lincah mempunyai warna tubuh yang cerah. Sedangkan ikan-ikan yang cenderung diam, ataupun yang berbentuk menakutkan, mempunyai warna yang cenderung pucat. Selain warna, pada jenis ikan lain yang siap kawin mempunyai tanda-tanda khusus, seperti bagian perut yang membengkak pada ikan betina karena penuh berisi telur, yang juga dapat menarik minat ikan jantan. Jantan dan betina kadang juga mempunyai bentuk sirip yang berbeda. Selain itu, tingkah laku ikan juga dapat membedakan jenis kelamin dan tingkat kedewasaannya. Ikan betina yang siap kawin mempunyai tingkah laku yang berbeda dengan ikan jantan ataupun ikan betina yang belum dewasa. Sebagai contoh adalah tingkah laku menggerak-gerakan sirip yang dapat menunjukkan selera ikan tersebut. Pada ikan-ikan yang bergerak lincah, ketika musim kawin cenderung untuk membentangkan sirip mereka lebar-lebar, sebagai cara untuk berkomunikasi dengan yang lainnya (PATENT 1976).
Tingkah laku meminang dan penjagaan wilayah secara detail berbeda-beda dari tiap jenis ikan teleostei. Tetapi secara umum mempunyai cara yang sama, yaitu umumnya ikan jantan menentukan wilayah tertentu sebagai sarang dan daerah kekuasaannya selama masa reproduksi. Fungsi sarang tersebut antara lain adalah mempermudah ikan betinanya menemukan pasangannya dengan mendatangi daerah kekuasan ikan jantan tersebut. Daerah kekuasaan ikan merupakan tempat perlindungan yang aman bagi betina untuk meletakkan telur-telurnya dan juga untuk membesarkan anak-anaknya (PATENT 1976). Di daerah kekuasaan tersebut, ikan jantan cenderung mempertahankan wilayahnya dari ikan jantan lain ataupun jenis ikan yang lain. Apabila ada ikan jantan lain yang berenang mendekat, maka ikan tersebut akan menyerangnya. Ada yang menggunakan cara dengan menghampiri ikan yang mendatangi dengan mulut yang terbuka lebar-lebar atau sambil membentangkan sirip-siripnya dengan tujuan untuk menakut-nakuti lawannya. Biasanya ikan pendatang akan segera pergi, tetapi apabila tidak, maka akan terjadi perkelahian baik dengan menggunakan mulut, tamparan sirip-siripnya, ataupun dengan menggunakan ekornya. Umumnya ikan jantan yang menjaga sarangnya selalu menang dalam perkelahian, sehingga proses perkawinan dapat berlangsung tanpa ada gangguan.
Meskipun tingkah laku secara visual merupakan hal yang paling penting dalam proses pinangan, beberapa jenis ikan juga mempunyai tingkah laku lain yang khas, seperti mengeluarkan bunyi-bunyian tertentu. Bunyi yang dikeluarkan oleh ikan jantan biasanya merupakan tanda peringatan bagi jantan lain yang memasuki wilayahnya, ataupun untuk menarik perhatian ikan betina.
8.      Masa Memijah
Proses memijah pada ikan berbeda-beda antar kelompok ikan. Umumnya ikan-ikan betina meletakkan telur-telurnya di dasar perairan untuk kemudian dibuahi oleh ikan jantan sementara ikan betina menungguinya. Pada jenis ikan lain, ada yang memijah dengan cara berenang berdekatan secara bersama-sama, dan ada pula yang memodifikasi sirip ekornya (pada ikan jantan) untuk dilingkarkan pada tubuh betina, untuk kemudian keduanya secara bersama-sama melepaskan sperma dan telur (PATENT 1976).
Banyak jenis ikan terutama yang hidup di daerah tropis, bereproduksi sepanjang tahun. Tetapi, kebanyakan jenis ikan mempunyai waktu memijahnya sendiri-sendiri. Ada yang biasa memijah pada bulan purnama, dan ada pula yang memijah ketika terjadi air pasang (PATENT 1976). Menurut ALLEN (1976), masa memijah pada ikan karang tropis, Centropyge interruptus adalah berkisar pada bulan Mei dan Oktober, dengan suhu dan sinar matahari sebagai faktor pembatasnya. Ikan tersebut tidak akan memijah pada suhu dibawah 22°C. Sedangkan menurut MOYER & NAKAZONO dalam (ALLEN 1979), kebanyakan ikan-ikan dari suku Pomacanthidae memijah pada saat 10 menit sebelum sampai 5 menit sesudah terbenamnya matahari.
Faktor lingkungan lain yang mempengaruhi terjadinya pemijahan adalah musim. Pada daerah subtropis, pemijahan biasa terjadi pada musim semi dan awal musim panas, ketika itu makanan berlimpah dan tersedia waktu yang cukup bagi larva ikan untuk tumbuh lebih kuat sebelum datang musim dingin (PATENT 1976).





DAFTAR PUSTAKA
Fahmi.2001.REPRODUKSI IKAN LAUT TROPIS.Oseana.Volume. XXVI, Nomor 2, 2001 : 17-24

Gustria.2014.Genetika dan Reproduksi.Yogyakarta : CV. Budi Utama

M.F Rahardjo,Djadja S. Sjafei, Ridwan Affandi, Sulistiono.2011. Iktiology.Bandung : CV. Lubuk Agung

JOHANNES, R.E.1978. Reproductive strategies of coastal marine fishes in the tropics. Environ. Biol. Fish. 3 (I1): 65 -84.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar