RANCANGAN KEGIATAN
PRAKTIKUM
PEMANFAATAN APLIKASI TEKNOLOGI BIOFLOK DARI
LIMBAH LELE MENJADI PAKAN ALAMI IKAN NILA (Oreochromis Niloticus)
OLEH
FATMA TOOLINGO
1111416016
BDP - A
UNIVERSITAS NEGERI GORNTALO
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 2
1.4 Manfaat
Penelitian.............................................................................. 2
1.5 Hipotesis
............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila.............................................................................................. 4
2.2 Bioflok................................................................................................. 6
2.3 Limbah Lele......................................................................................... 7
2.4 Kualitas Air......................................................................................... 8
2.5 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup.............................................. 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat.............................................................................. 12
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................... 12
3.3 Metode Penelitian................................................................................ 13
3.4 Prosedur Penelitian.............................................................................. 13
3.5 Parameter Uji....................................................................................... 14
3.6 Analisis Data....................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil.....................................................................................................
20
4.2
Pembahasan ........................................................................................ 25
BAB V PENUTUP
5.1
Simpulan..............................................................................................
28
5.2
Saran....................................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Teks
Halaman
1. Tabel 1. Kisaran Optimal
Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Nila............
12
2. Tabel 2. Alat
Yang Digunakan Dalam Praktikum ..................................... 14
3. Tabel 3.
Bahan Yang Digunakan Dalam Praktikum ................................. 15
4. Tabel 4. Perhitungan Panjang Mutlak........................................................ 20
5. Tabel 5. ANOVA.......................................................................................
21
6. Tabel 6. Perhitungan Berat Mutlak............................................................
21
7. Tabel 7. ANOVA ...................................................................................... 22
8. Tabel 6. Perhitungan Kelangsungan Hidup................................................
23
9. Tabel 7. ANOVA.......................................................................................
24
10.Tabel 10. Pengukuran
Kualitas Air...........................................................
25
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks
Halaman
1. Gambar 1. Ikan Nila..................................................................................... 5
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu
Segala puji kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kamidapat
menyelesaikan penyusunan praktikum penelitian tetang Pemanfaatan
Aplikasi Teknologi Bioflok Dari Limbah Lele Menjadi Pakan Alami Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus)Telah dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Hal ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Kualitas air
semester 5. Kami sebagai penyusun, mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah membantu sehingga dapat diselesaikan.
Kami
sebagai penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunan ini, masih jauh dari kesempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Semoga
hal ini dapat memberikan informasi untuk pengembangan pengetahuan tentang Pemanfaatan
Aplikasi Teknologi Bioflok Dari Limbah Lele Menjadi Pakan Alami Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) bagi mahasiswa dan pembaca yang berada di Indonesia
khususnya mahasiswa fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Negeri
Gorontalo.
Gorontalo,
Desember 2018
Penyusun
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah
satu jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis, mudah dipelihara dan dapat tumbuh
dengan cepat. Potensi tersebut mendorong minat masyarakat untuk meningkatkan
produksi melalui budidaya secara intensif. Kegiatan budidaya menghasilkan
limbah padat dan limbah cair yang berasal dari feses dan sisa pakan ikan.
Akumulasi limbah tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas air yang
berpengaruh terhadap proses fisiologis, tingkah laku, pertumbuhan, dan mortalitas ikan (Effendi et al., 2015)
Salah satu permasalahan dalam budidaya
intensif adalah air buangan budidaya yang berdampak pada penurunan kualitas
perairan di lingkungan sekitar lokasi budidaya, karena akumulasi bahan organik
dari sisa pakan maupun feses. Air buangan budidaya lele dumbo banyak memiliki
kandungan N dan NH3 (amonia) sebagai hasil perombakan protein dan
asam amino dari sisa pakan dan feses (Septiani et al., 2014)
Agar tidak membahayakan organisme
yangdibudidayakan, maka konsentrasi ammoniadalam media budidaya harus
dibatasi.Pergantian air merupakan metoda yang palingumum dalam membatasi
konsentrasi ammonia dalam air. Namun demikian metoda inimembutuhkan air dalam jumlah besar sertadapat
mencemari lingkungan perairan sekitarjika air yang dibuang tidak diberi
perlakuan lebih lanjut. Seiiring dengan berkembangnya akuakultur sistem intensif
berbagai teknik pengolahan air untuk mengurangi konsentrasi amonia dalam media budidaya telahdikembangkan salah satunya adalah
teknologibioflok (Ekasari J. 2009).
Menurut Husain et al., (2014)
bioflok dihasilkan darisisa pakan, metabolisme dan feses darikegiatan budidaya.
Sisa pakan dan feses yang terbuang di perairan akanmenghasilkan nitrogen
anorganik.Nitrogen anorganik dapat diubahmenjadi protein sel tunggal
denganadanya penambahan materi karbon diperairan dan dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pakan ikan atau udang. Penerapan teknologi bioflok dapat
dilakukan dengan menambahkan karbohidrat. Sumber karbohidrat yang dapat
digunakan meliputi tepung tapioca, molase, tepung kanji dan tepung singkong (Sukardi et al.,
2018) .
Penambahan atau pemanfaatan karbohidrat yang tepat diharapkan dapat berpengaruh
terhadap penerapan teknologi bioflok. Penggunaan bioflok di perairan
dapat memberi manfaat seperti sumber pakantambahan untuk ikan, mengatasi limbah akuakultur,
dan mengurangi nitrogen sehingga dapat memperbaiki
kualitas air (Husain et al., 2014)
Oleh sebab itu untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka melalui Praktek Berbasis Riset ini dilakukan
pengamatan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan aplikasi teknologi bioflok dari
limbah lele menjadi pakan alami ikan Nila (Oreochromis
Niloticus)untuk menunjang Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
1.
Apakah pemberian
Bioflok berpengaruh terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (Survival rate) Benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
2.
Berapakah dosis
terbaik Bioflok untuk meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (Survival rate) benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
1.3 Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengaruh Bioflok
terhadap Kelangsungan Hidup (Survival
rate) Benih Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus).
2.
Untuk Mengetahui dosis terbaik
Bioflok untuk meningkatkan Kelangsungan
Hidup (Survival rate) benih Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus).
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Penelitian atau praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi
Penggunaan Bioflok terhadap Kelangsungan
Hidup (Survival rate) Benih Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus).
3.
Penelitian atau praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
dosis terbaik Bioflok untuk
meningkatkan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup (Survival rate) benih Ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
1.5 Hipotesis
Hipotesis
dari penelitian yang diajukan adalah:
1.
H0 = Pemberian bioflok dengan
dosis berbeda tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan Nila (Oreochromis Niloticus).
2.
H1 = Pemberianbioflok dengan
dosis berbeda memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila (Oreochromis
Niloticus).
Kaidah
Pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
1. Jika
Fhitung<Ftabel pada taraf (0,05 atau 0,01) maka terima
H0 atau tolak H1
2.
Jika Fhitung>Ftabel pada
taraf (0,05 atau 0,01) maka terima H1 atau tolak H0
1.6 Kerangka
Pikir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila
2.1.1 Klasifikasi Ikan Nila
Menurut Sucipto dan Prihartono, (2007) dalam Arifin, (2016) klasifikasi Ikan nila adalah :
Filum :
Chordata,
Kelas : Pisces,
Sub kelas : Teleostei,
Ordo : Percomorphi,
Subordo :
Percoidea,
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Species
:Oreochromis niloticus
2.1.2 Morfologi Ikan Nila
Secara umum karakteristik ikan ini yaitu; bentuk tubuh agak memanjang dan
pipih, memiliki garis vertical berwarna gelap sebanyak 6 buah pada sirip ekor,
pada bagian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10 buah, dan pada ekor
terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitamhitaman. Mata
agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru-biruan, letak mulut terminal,
posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linea lateralis
terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik
pada garis rusuk berjumlah 34 buah, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip
punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah jari-jari lemah, sirip dada 15
jari-jari lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah dan
bentuk ekornya berpinggiran tegak (Kordi 1997 dalam, Arifin 2016).
2.1.3 Habitat dan Keadaan Lingkungan
Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti
sungai, danau, waduk dan rawa-rawa tetapi karena toleransi ikan nila tersebut
sangat luas terhadap salinitas (eury haline) sehingga dapat pula hidup
dengan baik di air payau dan air laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah
0-35 ppt (part per thousand), pertumbuhan ikan nila secara optimal pada
saat salinitas 0-30 ppt. Nila dapat hidup pada salinitas 31-35 ppt, tetapi
pertumbuhannya lambat (Mujalifah et al.,
2018)
2.1.3 Makanan dan
Kebiasaan Makan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus),
termasuk kedalam golongan ikan pemakan segala atau (omnivora), sehingga ikan
ini dapat mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa ikan Nila (Oreochromis
niloticus), yang masih berukuran benih menyukai makanan
alami berupa zooplankton misalnya Rotifera
sp, Moina sp, dan Daphnia sp, juga
fitoplankton. Selain itu, ikan Nila Gift
(Oreochromis niloticus) juga suka memangsa
alga atau lumut yang menempel pada substrat di habitat hidupnya, siput, jentik-jentik serangga, kelekap, hydrilla, sisa-sisa
dapur dan buah-buahan, serta daun - daun lunak yang jatuh ke dalam air.
Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan
Nila Gift (Oreochromis niloticus), bisa diberi makanan
tambahan berupa pellet (Agusanto, 2012).
Jenis organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan nila hampir seragam
untuk setiap kelas ukuran. Factor - faktor yang menentukan suatu jenis ikan
akan memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan, ketersediaan
makanan, warna, rasa, tekstur makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Faktor
yang mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh suatu spesies
ikan adalah umur, tempat, dan waktu (Satia,
et al., 2015).
2.2 Bioflok
Bioflok merupakan activated sludge
(lumpur aktif) yang diadopsi dari proses pengolahan biologis air limbah (biological wastewater treatment), yaitu
pemanfaatan bakteri pembentuk flok (flocs
forming bacteria) untuk pengolahan limbah dengan meningkatkan C/N. Salah
satu bakteri yang dapat membentuk bioflok adalah genera Bacillus (Septiani et al.,2014)
Teknologi bioflok, sering disebut juga denganteknik suspensi aktif (activated suspension technique, AST),
menggunakan aerasikonstan untuk memungkinkan terjadinyaproses dekomposisi
secara aerobik danmenjaga flok bakteri berada dalam suspense. Dalam sistem ini,
bakteriheterotrof yang tumbuh dengan kepadatanyang tinggi berfungsi sebagai bioreaktor
yang mengontrol kualitas air terutamakonsentrasi N
serta sebagai sumber proteinbagi organisme yang dipelihara (Ekasari J. 2009).
Pertumbuhan bioflok dalam system akuakultur
dipcngaruhi oleh fakior kimia,fisika dan biologis dalam air. Beberapa factor yang
perlu diperhatikan untuk mendorongpembentukan bioflok dalam sistem
budidayadiantaranya adalah pcrgantian air seminimalmungkin hingga mendekati
nol, aerasi kuatserta peningkatan rasio C/N (Ekasari J. 2009)..
Karakteristik system bioflok adalah kebutuhan
oksigen yang tinggi
dan laju produksi biomas bakteri yang tinggi.Oleh karena itu dalam sistem ini diperlukanaerasi dan pengadukan yang kuat untukmenjamin kebutuhan oksigen baik dariorganisme budidaya maupun biomas bakteriserta untuk memastikan bahwa bioflok tetaptersuspensi dalam air dan tidak mengendap.
intensitas pengadukan dan kandungan oksigenjuga mempengaruhi struktur dan komposisibioflok. Intensitaspengadukan yang terlalu tinggi dapatmempengaruhi ukuran bioflok sedangkankandungan oksigen yang terlalu rendah dapatmenyebabkan dominasi bakteri filamen padabioflok yang akan menyebabkan bioflokcenderung terapung (Ekasari J. 2009).
dan laju produksi biomas bakteri yang tinggi.Oleh karena itu dalam sistem ini diperlukanaerasi dan pengadukan yang kuat untukmenjamin kebutuhan oksigen baik dariorganisme budidaya maupun biomas bakteriserta untuk memastikan bahwa bioflok tetaptersuspensi dalam air dan tidak mengendap.
intensitas pengadukan dan kandungan oksigenjuga mempengaruhi struktur dan komposisibioflok. Intensitaspengadukan yang terlalu tinggi dapatmempengaruhi ukuran bioflok sedangkankandungan oksigen yang terlalu rendah dapatmenyebabkan dominasi bakteri filamen padabioflok yang akan menyebabkan bioflokcenderung terapung (Ekasari J. 2009).
Kadar protein bioflok berkisar antara 37-38%, sehingga berpotensi sebagai
sumber pakan alami dan pakan alternatif bagi ikan. Salah satu ikan yang dapat
memanfaatkan bioflok adalah nila (Oreochromis
niloticus), karena dihabitat aslinya dapat memanfaatkan plankton dan
perifiton (Septianiet al.,2014).
Oktafianiet
al., (2016) menyatakan bahwa bioflok mampu
meningkatkan sistem imun pada tilapia, nila dan udang vanamei. Bioflok tersusun
atas bakteri, mikroalga, zooplankton, dan kelompok mikroorganisme lainnya. Bakteri
sebagai penyusun utama bioflok mampu menghasilkan senyawa polyhydroxybutyrate
(PHB) yang berfungsi sebagai pembentuk ikatan, serta berperan sebagai
imunostimulan (Oktafianiet al.,
2016).
2.3 Limbah Lele
Air buangan budidaya lele dumbo banyak memiliki
kandungan N dan NH3 (amonia) sebagai hasil perombakan protein dan asam amino
dari sisa pakan dan feses (Septiani et al.,2014).
Tingginya limbah organik dari sisa pakan buatan (pelet) dan feses hasil
pemeliharaan ikan lele secara intensif akan menyebabkan penumpukan dan
pengendapan di dasar media air pemeliharaan, sehingga diperlukan proses
dekomposisi. Jika tidak terdekomposisi media pemeliharaan akan terurai secara
anaerob oleh bakteri anaerob kemudian membentuk gas-gas toksik seperti asam
sulfida, nitrit, dan ammonia dan berdampak negatif bagi metabolisme organisme
budi daya hingga kematian (Adharani et al.,
2016).
2.4 Kualitas Air
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007) dalam,
Arifin (2016) faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi kualitas air
antara lain kadar oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, salinitas, suhu
air, derajat keasaman (pH), dan ammonia.
2.4.1 Oksigen Terlarut
Ikan memerlukan oksigen terlarut untuk bernafas dan pembakaran makanan
yang menghasilkan energi untuk berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan lain-lain
(Sucipto dan Prihartono (2007). Kadar oksigen terlarut didalam air dipengaruhi
oleh suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer, sementara
berkurangnya kadar oksigen terlarut dipengaruhi oleh meningkatnya suhu,
ketinggian, dan berkurangnya tekanan atmosfer (Jeffries dan Mills, 1996, dalam, Arifin (2016).
2.4.2 Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida
merupakan hasil buangandari adanya proses pernafasan oleh setiapmahluk hidup,
yang mana nilai karbondioksida(CO2) didalam perairan ditentukan oleh pHdan suhu
(Kordi, 1997 dalam,
Arifin (2016).Jumlah karbondioksida dalam air yangbertambah akan menekan aktivitas
pernapasanikan dan menghambat pengikatan oksigen olehhemoglobin sehingga dapat
membuat ikanmenjadi stress. Kandungan karbondioksidadidalam air untuk pembesaran ikan nila sebaiknya kurang
dari 15mg/liter.
2.4.3 Salinitas
Menurut Sucipto dan Prihartono (2007) dalam,
Arifin (2016),Ikan nila hitam lebih toleran terhadaplingkungan payau, dan ikan
nila hitam tumbuhsangat baik pada salinitas 15 g/liter, serta bluetilapia
(Tilapia aurea) tumbuh dengan baikpada salinitas hingga diatas 20
g/liter.Menurut Kordi (1997) dalam,
Arifin (2016), pada umumnyaorganisme air payau hidup pada kisaransalinitas 2 –
25 ppm, akan tetapi ada spesiesikan yang mampu mentolelir kisaran salinitasyang
tinggi seperti ikan dari famili Cichlidae(Ikan Nila dan Mujair).
Menurut Bastiawan dan Wahid (2008) dalam,
Arifin (2016),untuk pembesaran nila di tambak, pada awalpengisian air
diusahakan kadar garamnyasekitar 0-5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikanselama
masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
2.4.4 Suhu
Menurut
Sucipto dan Prihartono (2007) dalam,
Arifin (2016),suhu air akan mempengaruhi kehidupan ikan,suhu mematikan (lethal) berkisar
antara 10-11ºC selama beberapa hari, suhu dibawah 16 -17ºC akan menurunkan
nafsu makan ikan,serta suhu dibawah 21ºC akan memudahkanterjadinya serangan
penyakit. Suhu yangoptimal untuk budidaya ikan adalah berkisar 28 - 32ºC.
2.4.5 Derajat Keasaman
(pH)
Menurut
Kordi (1997) dalam, Arifin (2016)
nilai pH dapat digunakan sebagai gambaran tentang kemampuan suatu perairan
dalam memproduksi garam mineral, yang mana bila pH tidak sesuai dengan
kebutuhan organism yang dipelihara, akan menghambat pertumbuhan ikan. Secara
umum angka pH yang ideal adalah antara 4 – 9, namun untuk pertumbuhan yang
optimal untuk ikan nila, pH yang ideal adalah berkisar antara 6 – 8. Dalam
dunia perikanan nilai pH digunakan sebagai gambaran tentang kemampuan suatu
perairan dalam memproduksi garam mineral. Pertumbuhan ikan akan terhambat bila
pH tidak sesuai dengan kebutuhan organism tersebut.
2.4.6
Amonia (NH3)
Menurut
Sucipto dan Prihartono (2007) dalam,
Arifin (2016, Amonia merupakan hasil akhir dari adanya proses penguraian oleh
protein terhadap sisa pakan dan hasil metabolisme ikan yang mengendap didalam
perairan. Di perairan, gas ammonia (NH3) akan mudah larut dan membentuk amonium hidroksida
(NH4OH) yang berdisosiasi menghasilkan ion ammonium
(NH4+) dan hidroksil (OH-). Amonium yang tidak berdisosiasi (NH4OH) bersifat
toksik (racun), namun NH4+ hamper tidak membahayakan. Menurut Sucipto dan
Prihatono (2007), amonia (NH3) adalah hasil utama dari pengurairan protein dan
merupakan racun bagi ikan, karena itu kandungan NH3 dalam perairan dianjurkan
tidak lebih dari 0,016 mg/liter. 16 mg/liter.
Untuk lebih jelasnya,
kisaran optimal parameter kualitas air untuk budidaya ikan nila (Sukadi dkk,
1989, dalam dalam,
Arifin 2016)
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Kisaran Optimal Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Nila (Orechromis
sp)
Parameter
|
Nilai
|
Suhu
|
20 – 30°C
|
Salinitas
|
0 – 15 g/liter
|
pH
|
6 – 8
|
Oksigen Terlarut
|
Minimal 3 mg/liter
|
Karbondioksida
|
Maksimal 15 mg/liter
|
Amonia
|
Maksimal 0,16 mg/liter
|
2.5 Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
2.5.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang paling intensif dipelajari
dalam biologi perikanan. Hal ini karena pertumbuhan merupakan indikator yang
baik untuk mengetahui kondisi individu maupun populasi. Pertumbuhan dapat
didefinisikan sebagai pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat dalam
satuan waktu (Moyle dan Cech 1988 dalam,
Tadjuddah et al., 2013). Sebagian
besar ikan memiliki kemampuan untuk meneruskan pertumbuhan selama hidup bila
kondisi lingkungannya sesuai dan ketersediaan makanan cukup baik, walaupun pada
umur tua, pertumbuhan ikan hanya sedikit. Ikan tidak memiliki limit tertentu
untuk membatasi pertumbuhan (undeterminate growth) (Effendi 1997 dalam, Tadjuddah et al., 2013).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dapat digolongkan
menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini
ada yang dapat dikontrol dan ada yang tidak. Faktor dalam umumnya sulit
dikontrol, diantaranya adalah keturunan, jenis kelamin, umur dan penyakit
(Effendi 1997 dalam, Tadjuddah et al., 2013).
2.5.2 Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup adalah perbandingan antara jumlah
ikan yang hidup diakhir pemeliharaan dengan jumlah ikan yang hidup pada awal
pemeliharaan. (Folnuari et al,. 2017).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Manajemen Akuakultur Tawar dilaksanakan pada tanggal 17
September 2018 sampai dengan 2 Desember 2018 bertempat di Rumah Penelitian
Perikanan di Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi
Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan selama praktikum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Alat
yang digunakan antara lain :
No.
|
Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Akuarium ukuran 20 x 30 x 20 cm
|
Untuk wadah penelitian
|
2.
|
Ember
|
Untuk menampung benih saat
dilakukan pengukuran.
|
3.
|
Loyang
|
Untuk menampung benih saat
dilakukan pengukuran.
|
3.
|
Timbangan Analitik
|
Untuk mengukur berat ikan
|
4.
|
Mistar
|
Untuk mengukur panjang ikan
|
5.
|
Blower
|
Untuk menyuplai oksigen
|
6.
|
Selang Aerasi
|
Untuk menyalurkan oksigen
|
7.
|
Batu Aerasi
|
Untuk menyebarkan oksigen
|
8.
|
Keran Aerasi
|
Untuk mengatur banyaknya suplai
oksigen yg masuk kedalam air
|
9.
|
Selang Sifon
|
Untuk menyedot kotoran dalam
air
|
10.
|
Termometer
|
Untuk mengukur suhu
|
11.
|
DO meter
|
Untuk mengukur DO
|
12.
|
pH meter
|
Untuk mengukur pH
|
13.
|
Seser
|
Untuk menangkap ikan
|
14.
|
Gelas Ukur
|
Untuk mengukur air
|
15.
|
ATM
|
Untuk mencatat data
|
16.
|
Kamera
|
Untuk dokumentasi
|
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan selama praktikum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Bahan
yang digunakan antara lain :
No.
|
Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Air Limbah Lele
|
Untuk pembuatan bioflok
|
2.
|
Gula Pasir
|
Untuk pembuatan bioflok
|
3.
|
Air Bersih
|
Untuk media pemeliharaan
|
4.
|
Pakan F-500
|
Untuk makanan ikan
|
5.
|
Benih Ikan Nila (ukuran 3-5 cm)
|
Objek uji
|
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Medote Eksperimen
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan
dan 3 ulangan.
Perlakuan yang akan diuji cobakan adalah :
1.
Perlakuan A = Tanpa
Bioflok (Kontrol) 0 ml/L
2.
Perlakuan B = 2 ml/L Bioflok
3.
Perlakuan C = 4 ml/L Bioflok
Desain wadah penelitian sebagai berikut:
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur kerja dari penelitian ini sebagai berikut :
3.4.1 Pembuatan Bioflok
Dalam pembuatan bioflok terdapat hal – hal yang perlu dilaksanakan,
adapun tahapan pembuatan bioflok sebagai berikur:
1.
Menyiapkan alat yaitu aquarium yang berukuran 20 x 30 x
20
2.
Menyiapakan bahan gula pasir serta air limbah buangan lele dumbo.
3.
Air limbah buangan lele yang dibuat bioflok sebanyak 5
liter
4.
Melarutkan gula pasir pada air limbah lele dalam satu
liter air sebanyak 5,36 gram.
5.
Setelah gula pasir dilarutkan selanjutnya akan
diberikan aerasi yang kuat guna penumbuhan flok.
6.
Bioflok sudah tumbuh dngan melihat perubahan warna air
yakni berwarna coklat.
7.
Bioflok siap digunakan, dengan dosis yang sudah
ditentukan pada wadah pemeliharaan yakni perlakuan A. 0 ml/l air, Perlakuan B.
2 ml/l air dan C. 4 ml/l air.
3.4.2 Persiapan Wadah
1. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih
dahulu dilakukan persiapan wadah ikan uji yang terdiri dari akuarium sebanyak 9
buah dengan ukuran 20 x 30 20 cm. Masing masing akuarium dilengkapi dengan
selang aerasi dan batu aerasi untuk pensuplai oksigen terlarut dalam air. Wadah
yang digunakan masing-masing diisi air sebanyak 6 liter dan diberi aerasi yang
cukup untuk mensuplai oksigen. Jumlah benih ikan nila yang ditebar 1 ekor /l
air sehingga dalam satu wadah akuarium terdapat 6ekor benih ikan Nila.
2. Menyiapkan wadah penampungan benih
ikan nila sebelum dilakukan penebaran ke wadah pemeliharaan.
3. Menyiapkan peralatan dan bahan percobaan yang akan digunakan
dalam penelitian
3.4.3 Penebaran Ikan
Benih yang ditebar dngan dengan ukuran 3-5 cm, Padat tebar benih ikan
nilaberdasarkan (SNI, 1999)adalah 1 ekor/liter air. Maka dalam praktikum yang
dilaksanakan yaitu setiap akuarium diisi 6 ekor benih ikan nila pada
masing-masing wadah dengan volume air sebanyak 6 liter. Penebaran benih ikan
nila dilakukan pada pagi hari atau sore hari.
3.4.4 Maintenance
Perawatan atau pemeliharaan selama praktikum berlangsung yakni sebagai
berikut.
1.
Pergantian air dilakukan seminggu sekali.
2.
Pemberian pakan F500 dengan dosis 5% dengan frekuensi 2
kali sehari yakni pada pagi dan sore.
3.
Penambahan bioflok dilakukan setiap 2 hari sekali.
4.
Pengukuran berat dan panjang ikan dilakukan seminggu
sekali.
5.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada awal dan akhir
praktikum yakni pH, DO, Suhu.
3.5 Parameter Uji
Parameter yang diamati selama pelaksanaan
penelitian adalah :
3.5.1
Pertumbuhan
1.
Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak adalah selisih antara
panjang tubuh diakhir pemeliharaan dengan panjang tubuh diawal pemeliharaan (Folnuari et
al,. 2017). Pertumbuhan panjang mutlak dihitung berdasarkan rumus :
PM = Lt – Lo
(Effendie, M.I. 1979)
|
Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm),
Lt = Panjang rata-rata diakhir pemeliharaan (cm),
Lo = Panjang rata-rata diawal pemeliharaan (cm).
2.
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan bobot mutlak merupakan selisih antara bobot tubuh pada
akhir pemeliharaan dengan bobot tubuh pada awal pemeliharaan (Folnuari et
al,.2017).. Pertumbuhan bobot mutlak dihitung menggunakan rumus :
(Effendie, M.I. 1979)
PM = Pertumbuhan mutlak (g),
Wt = Bobot rata-rata pada akhir penelitian (g),
Wo = Bobot rata - rata pada awal penelitian (g).
3.5.2
Kelangsungan Hidup
Data kelangsungan hidup ikan
uji didapatkan pada akhir pemeliharaan dan dianalisa menggunakan rumus.
SR =
(Goddard, 1996)
|
SR = Survival rate (%),
Nt = Jumlah ikan yang mati selama penelitian (ekor),
No = Jumlah ikan
hidup pada awal pengumpulan data (ekor).
3.5.3 Kualitas
Air
Selama penelitian pengukuran kualitas air
dilakukan 2 kali yaitu pada awal
dan akhir penelitian dengan parameter suhu, pH dan DO.
dan akhir penelitian dengan parameter suhu, pH dan DO.
3.6 Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian
terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan system pengolahan data Exel. Apabila data homogen selanjutnya dianalisa dengan uji F (anava). Jika F hitung < F table
pada taraf kepercayaan 95%, berarti tidak ada pengaruh pemberian bioflok untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, H0 diterima dan H1
ditolak. Jika Fhitung > F tabel pada taraf kepercayaan 95%, berarti ada
pemberian bioflok untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila, H0
ditolak dan H1 diterima.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Tabel 4. Perhitungan Panjang Mutlak
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
||
1
|
2
|
3
|
||
A
|
1.1
|
0.7
|
1.0
|
2.8
|
B
|
0.7
|
1.7
|
1.9
|
4.3
|
C
|
0.7
|
0.8
|
1.8
|
3.2
|
Jumlah
|
2.5
|
3.2
|
4.7
|
10.4
|
Rata-rata
|
0.8
|
1.1
|
1.6
|
1.2
|
Derajat Bebas
·
dB Total
= total pengamatan – 1
= 9 – 1
= 8
·
dB Perlakuan
= Total perlakuan – 1
= 3 -1
= 2
·
dB galat =
Total Perlakuan (Total Ulang-1)
= 3 ( 3 – 1 )
= 3 x 2
= 6
Faktor Koreksi (FK)
FK = Total^2 / Total perlakuan x Total ulangan
= 10,4^2 / 3 x 3 = 12
Jumlah Kuadrat (JK)
·
Jumlah
Kuadrat Total (JKT)
=
(1,12+ 0,72
+12 + 0,72 + 1,72 + 1,92 + 0,72
+ 0,82 + 1,82) - 12
= (
1,2 + 0,5 + 1 + 0,5 + 2,9 + 3,6 + 0,5 +
0,6 + 3,2 ) - 12
= 14 – 12
= 2
·
Jumlah
Kuadrat Perlakuan (JKP)
JKP
=
(2,5^2+3,2^2+ 4,7^2) / 3 - 12
=
38,6 / 3 – 12
= 12,87
– 12
=
0,87
· Jumlah
Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 2- 0,87
= 1,13
· Kuadrat
Tengah (KT)
Kuadrat
Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP/dbp
= 0,87/ 3
= 0,29
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG
= JKG/dbg
= 1,13 / 6
= 0,18
· F
Hitung (Fhit)
Fhit =
KTP/KTG
= 0,29/ 0,18
= 1,61
Tabel 5. Tabel ANOVA
SK
|
Db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F Tabel
|
5%
|
|||||
Perlakuan
Galat
Total
|
2
6
8
|
0,87
1,13
2
|
0,29
0,18
|
1,61
|
5,14
|
4.1.2 Pertumbuhan
Berat Mutlak
Tabel 6. Perhitungan Panjang Mutlak
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
||
1
|
2
|
3
|
||
A
|
1.38
|
0.75
|
1.10
|
3.23
|
B
|
0.66
|
1.86
|
2.17
|
4.69
|
C
|
0.76
|
0.66
|
1.31
|
2.73
|
Jumlah
|
2.80
|
3.26
|
4.58
|
10.64
|
Rata-rata
|
0.93
|
1.09
|
1.53
|
1.18
|
Derajat Bebas
·
dB Total
= total pengamatan – 1
= 9 – 1
= 8
·
dB Perlakuan
= Total perlakuan – 1
= 3 -1
= 2
·
dB galat =
Total Perlakuan (Total Ulang-1)
= 3 ( 3 – 1 )
= 3 x 2
= 6
Faktor Koreksi (FK)
FK = Total^2 / Total perlakuan x Total ulangan
= 10,64^2 / 3 x 3 = 113,27 / 9
= 12.59
Jumlah Kuadrat (JK)
·
Jumlah
Kuadrat Total (JKT)
=
(1,382+ 0,752
+1,102 + 0,662 + 1,862 + 2,172 + 0,762
+ 0,662 + 1,312) -12.59
= (
1,90 + 0,56 + 1,21 + 0,43 + 3,46 + 4,71
+ 0,58 + 0,43 + 1,72 ) - 12.59
= 14,99
– 12,59
= 2,41
·
Jumlah
Kuadrat Perlakuan (JKP)
= (2,80^2 + 3,26^2 + 4,58^2) / 3 - 12.59
= 39,46 / 3 –12,59
= 13,15
– 12,59
= 0,57
· Jumlah
Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 2,41- 0,57
= 1,84
· Kuadrat
Tengah (KT)
Kuadrat
Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP/dbp
= 0,57 / 3
= 0,28
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG
= JKG/dbg
= 1,84 / 6
= 0,31
· F
Hitung (Fhit)
Fhit =
KTP/KTG
= 0,28 / 0,31
= 0,93
Tabel 7. Tabel ANOVA
SK
|
Db
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
F Tabel
|
5%
|
|||||
Perlakuan
Galat
Total
|
2
6
8
|
0,57
1,84
2,41
|
0,28
0,31
|
0,93
|
5,14
|
4.1.3 Kelangsungan Hidup
Tabel 8. Perhitungan Panjang Mutlak
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
A
|
83.3
|
83.3
|
83.3
|
250.0
|
83.3
|
B
|
66.7
|
50.0
|
50.0
|
166.7
|
55.6
|
C
|
66.7
|
50.0
|
33.3
|
150.0
|
50.0
|
Jumlah
|
216.7
|
183.3
|
166.7
|
566.7
|
|
Rata-rata
|
72.2
|
61.1
|
55.6
|
|
63.0
|
Derajat Bebas
·
dB Total
= total pengamatan – 1
= 9 – 1
= 8
·
dB Perlakuan
= Total perlakuan – 1
= 3 -1
= 2
·
dB galat =
Total Perlakuan (Total Ulang-1)
= 3 ( 3 – 1 )
= 3 x 2
= 6
Faktor Koreksi (FK)
FK = Total^2 / Total perlakuan x Total ulangan
= 566,7^2 / 3x3 = 321103,6 / 9
= 35679,01
Jumlah Kuadrat (JK)
·
Jumlah
Kuadrat Total (JKT)
=
(83,32 + 83,32
+83,32 + 66,72 + 50,02 + 50,02 + 66,72
+ 50,02 + 33,32) - 35679,01
=
(6943.89 +
6943.89 + 6943.89 + 4444.89
+ 2500 +
2500 + 4444.89
+ 2500 +1110.89)
–1110,89
=
38332,33– 1110,89
= 2654.16
·
Jumlah
Kuadrat Perlakuan (JKP)
= (250,0^2 + 166,7^2 + 150,0^2) / 3 - 35679,01
= 38332,33 / 3 – 35679,01
= 12777.44 –
35679,01
= -22900.73
· Jumlah
Kuadrat Galat (JKG)
JKG = JKT – JKP
= 2654.16-22900.73
= -10123.28
· Kuadrat
Tengah (KT)
Kuadrat
Tengah Perlakuan (KTP)
KTP = JKP/dbp
= -22900,73/3
= 6388.72
Kuadrat Tengah Galat (KTG)
KTG
= JKG/dbg
= -10123,28 / 6
= -1687.21
· F
Hitung (Fhit)
Fhit =
KTP/KTG
= 6388.72/ -1687.21
= -3.79
Tabel 9. Tabel ANOVA
Sumber
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
Ftabel
|
Keragaman
|
5%
|
||||
Perlakuan
|
2
|
-22900.73
|
6388.722
|
-3.79
|
5.14
|
Galat
|
6
|
-10123.28
|
-1687.21
|
|
|
Total
|
8
|
2654.16
|
|
|
4.1.4 Kualitas Air
Tabel 10. Pengukuran Kualitas Air
Variabel
|
Perlakuan
|
||
A
|
B
|
C
|
|
Suhu
|
27.7
|
27.6
|
27.8
|
DO
|
5.3
|
5.6
|
5.5
|
Ph
|
7.2
|
7.3
|
7.5
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum berbasis riset ini dilakukan Pemeliharaan benih ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada wadah
akuarium dengan ukuran 20 x 30 x 20
cmdilakukan dengan penerapan teknologi bioflok menggunakan 3 perlakuan dan 3
ulangan antara lain A = Control , B = 2 ml/l bioflok, C = 4 ml/l bioflok. Benih
yang ditebar dngan dengan ukuran 3-5 cm, Padat tebar benih ikan nila
berdasarkan (SNI, 1999)adalah 1 ekor/liter air. Maka dalam praktikum yang
dilaksanakan yaitu setiap akuarium diisi 6 ekor benih ikan nila pada
masing-masing wadah dengan volume air sebanyak 6.
4.2.1 Pertumbuhan
Panjang Mutlak
Berdasarkan diagram dapat dilihat bahwa pertumbuhan panjang mutlak dari
benih ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diaplikasikan pemberian bioflok
mengalami peningkatan pada perlakuan B yaitu dengan pemberian bioflok sebanyak
2 ml/l. Pertumbuhan panjang mutlak selama praktikum dari yg tertinggi sampai
terendah adalah sebagai berikut : Perlakuan B = 1,4 cm, Perlakuan C = 1,1 cm,
dan Perlakuan A = 0,9 cm. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi
pemberian bioflok pada pemeliharaan benih ikan nila tidak berpengaruh pada
pertumbuhan panjang ikan.
4.2.3 Kelangsungan
Hidup
Hasil pengamatan menunjukan kelangsungan hidup benih ikan nila terendah
yaitu 50,0 % dengan penambahan bioflok 4 ml/l. Sedangkan
tingkatkelangsungan hidup benih nila tertinggi yaitu 83,3 % dengan penambahan
bioflok sebesar 2 ml/l. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa
aplikasi pemberian bioflok pada pemeliharaan benih ikan nila tidak berpengaruh
pada Kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus).
4.2.4 Kualitas Air
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan
kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Pada pengamatan pertumbuhan panjang dan berat mutlak
benih ikan nila dengan pemberian bioflok tidak memberikan pengaruh pada ikan.
Namun dengan pemberian dosis 2 ml/l air dapat memberikan pertumbuhan panjang
maupun berat tertinggi yaitu 1,4 cm dan 1,56 gr
2. Pada pengamatan kelangsungan hidup ikan juga pemberian
bioflok tidak memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan.
3. Dosis terbaik bioflok pada praktikum ini yaitu 2 ml/l
meski tidak berpengaruh tapi dosis tersebut dapat memberikan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup yang baik disbanding dosis lainnya.
4.
Kualitas air pada pemeliharaan benih ikan nila antara
lain, suhu = 27,70C , DO = 5,5 dan pH = 7,4
5.2 Saran
Diharapkan pemanfaatan bioflok ini tidak hanya di aplikasikan pada ikan
lele dan ikan nila, agar kedepannya dapat digunakan pada ikan jenis dan spesies
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agusanto. 2012. Inventarisasi Jenis Ikan dan Karakteristik Kualitas
Perairan Danau Teratai Desa Pontolo Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo.
Artikel Jurnal Fpik Ung.
Arifin M. Yusuf. 2016. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila
(Oreochromis Sp.) Strain Merah Dan Strain Hitam Yang Dipelihara Pada Media
Bersalinitas. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. Vol.16 No.1
Effendi Hefni, Utomo Bagus Amalrullah,
Darmawangsa Giri Maruto, Karo-Karo Rebo Elfda. 2015. Fitoremediasi Limbah Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp.) Dengan
Kangkung (Ipomoea Aquatica) Dan Pakcoy (Brassica Rapa Chinensis) Dalam Sistem
Resirkulasi. Ecolab Vol. 9 No. 2,
47 - 104.
Effendie, M.I. 1979.
Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri Bogor. 112 hal.
Ekasari J. 2009. Teknologi Bioflok: Teori dan
Aplikasi dalam Perikanan Budidaya Sistem Intensif. Jumal Akuakultur Indonesia. 8(2): 117-126
Folnuari Syandy, Rahimi Sayyid Afdhal El, Rusydi Ichsan. 2017. Pengaruh
Padat Tebar Yang Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan
Kerapu Cantang (Epinephelus fuscoguttatus-lanceolatus)
Pada Teknologi KJA HDPE. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Volume 2, Nomor 2: 310-318
Goddard, S. 1996. Feed management in intensive aquaculture. Chapman and
Hall. New York. 194 hal.
Husain Nasyir. Putri Berta dan Supono. 2014. Perbandingan Karbon Dan NitrogenPada Sistem
Bioflok Terhadap PertumbuhanNila Merah (Oreochromis niloticus). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan. Volume III No 1 Oktober 2014
Mujalifah, Santoso Hari, Laili Saimul. 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. E-Jurnal Ilmiah
Biosaintropis (Bioscience-Tropic). Volume 3/ No.: 3 / Halaman 10 – 17
Oktafiani Melinda, Supono, Harpeni Esti,
Putri Berta. 2016. Penggunaan Tepung
Bioflok Sebagai Agen Imunostimulan Pada Sistem Pertahanan Non Spesifik Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus).e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan. Volume IV No 2
Satia, Y., P. Octorina
Dan Yulfiperius. 2015. Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di
Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur. Universitas Muhammadiyah Sukabumi,
Jawa Barat.
Septiani Nani, Maharani Henni Wijayanti dan
Supono. 2014. Pemanfaatan Bioflok Dari
Limbah Budidaya Lele Dumbo (Clarias Gariepinus) Sebagai Pakan Nila (Oreochromis
Niloticus). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya
Perairan. Volume II No 2
Tadjuddah Muslim,
Wiryawan Budy, Purbayanto Ari, Wiyono Eko S. 2013. Parameter Biologi Ikan
Kerapu (Epinephelus Sp.) Hasil Tangkapan Di Perairan Taman Nasional Wakatobi,
Sulawesi Tenggara Indonesia. Marine Fisheries. Vol. 4, No. 1. Hal : 11-21
Sukardi Purnama, Soedibya Petrus Hary Tjahja,
Pramono Taufik Budhi. 2018. Produksi
Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Sistem Bioflok Dengan Sumber
Karbohidrat Berbeda. Ajie - Asian
Journal Of Innovation And Entrepreneurship, 198-203.
Hasil Pengukuran
a.
Pengukuran Minggu ke- 0
No
|
A1
|
A2
|
A3
|
B1
|
B2
|
B3
|
C1
|
C2
|
C3
|
||||||||||
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
||
1
|
3.5
|
0.64
|
4.0
|
1.07
|
3.2
|
0.54
|
5.0
|
1.95
|
3.0
|
0.44
|
4.0
|
1.13
|
3.9
|
0.94
|
3.8
|
0.85
|
3.0
|
0.42
|
|
2
|
3.7
|
0.77
|
3.5
|
0.62
|
3.8
|
0.81
|
4.0
|
0.95
|
4.0
|
0.94
|
4.5
|
1.43
|
4.5
|
1.24
|
3.0
|
0.48
|
3.0
|
0.49
|
|
3
|
5.0
|
1.78
|
4.0
|
1.11
|
3.7
|
0.79
|
3.5
|
0.78
|
4.5
|
1.07
|
4.5
|
1.41
|
4.5
|
1.51
|
3.0
|
0.41
|
3.5
|
0.77
|
|
4
|
3.8
|
0.84
|
3.8
|
0.84
|
3.7
|
0.7
|
3.5
|
0.75
|
3.0
|
0.44
|
4.0
|
0.86
|
3.8
|
0.78
|
3.0
|
0.39
|
3.3
|
0.98
|
|
5
|
4.0
|
0.94
|
3.5
|
0.62
|
3.8
|
0.75
|
3.6
|
0.7
|
3.5
|
0.61
|
3.3
|
0.55
|
4.3
|
1.17
|
4.5
|
1.27
|
3.0
|
0.39
|
|
6
|
3.8
|
0.96
|
4.6
|
1.26
|
4.3
|
1.2
|
3.7
|
0.77
|
4.2
|
1.16
|
4.1
|
1.11
|
3.5
|
0.85
|
4.5
|
1.5
|
3.5
|
0.61
|
|
∑
|
24,7
|
5.93
|
20,4
|
5.52
|
23,1
|
4.79
|
24,8
|
5.9
|
20,7
|
4.66
|
25,6
|
6.49
|
23,5
|
6.49
|
22,8
|
4.9
|
17,1
|
3.66
|
|
Rata-rata
|
3.97
|
0.99
|
3.90
|
0.92
|
3.75
|
0.80
|
3.88
|
0.98
|
3.70
|
0.78
|
4.07
|
1.08
|
4.08
|
1.08
|
3.63
|
0.82
|
3.22
|
0.61
|
|
b. Pengukuran
Minggu ke-1
No
|
A1
|
A2
|
A3
|
B1
|
B2
|
B3
|
C1
|
C2
|
C3
|
|||||||||||||||||||||||||
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
|||||||||||||||||
1
|
3.9
|
0.76
|
4.4
|
1.04
|
4.5
|
1.28
|
4.0
|
0.92
|
4.6
|
1.53
|
4.5
|
1.40
|
3.2
|
0.91
|
3.5
|
0.67
|
3.6
|
0.67
|
||||||||||||||||
2
|
4.0
|
1.06
|
3.9
|
0.79
|
4.0
|
1.1
|
5.5
|
2.58
|
3.5
|
0.69
|
4.5
|
1.73
|
4.5
|
1.73
|
4.5
|
1.43
|
3.5
|
0.69
|
||||||||||||||||
3
|
3.6
|
0.79
|
4.5
|
1.57
|
3.6
|
0.73
|
4.1
|
1.3
|
4.8
|
1.71
|
4.6
|
2.07
|
3.6
|
0.69
|
4.5
|
1.51
|
3.0
|
0.29
|
||||||||||||||||
4
|
4.1
|
1.33
|
4.2
|
1.2
|
4.1
|
1.33
|
3.6
|
0.96
|
4.5
|
1.43
|
3.5
|
0.85
|
4.0
|
1.14
|
3.9
|
0.84
|
3.0
|
0.43
|
||||||||||||||||
5
|
5.2
|
2.19
|
3.4
|
0.61
|
3.7
|
1.12
|
3.7
|
0.74
|
3.3
|
0.78
|
4.5
|
1.54
|
4.2
|
1.12
|
3.4
|
0.71
|
4.0
|
0.84
|
||||||||||||||||
6
|
3.9
|
0.96
|
-
|
-
|
3.2
|
0.70
|
3.9
|
0.96
|
-
|
-
|
4.0
|
1.25
|
4.0
|
1.10
|
3.0
|
0.35
|
-
|
-
|
||||||||||||||||
∑
|
24,7
|
7.09
|
20,4
|
5.21
|
23,1
|
6.26
|
24,8
|
7.46
|
20,7
|
6.14
|
25,6
|
8.84
|
23,5
|
6.69
|
22,8
|
5.51
|
17,1
|
2.92
|
||||||||||||||||
Rata-rata
|
4.1
|
1.18
|
4.1
|
1.04
|
3.8
|
1.04
|
4.1
|
1.24
|
4.1
|
1.23
|
4.3
|
1.47
|
3.9
|
1.12
|
3.8
|
0.92
|
3.4
|
0.58
|
||||||||||||||||
b. Pengukuran
Minggu ke-2
No
|
A1
|
A2
|
A3
|
B1
|
B2
|
B3
|
C1
|
C2
|
C3
|
|||||||||
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
|
1
|
4.4
|
1.06
|
4.9
|
2.04
|
4.5
|
1.62
|
4.0
|
1.02
|
3.7
|
0.98
|
4.9
|
1.28
|
3.2
|
1.10
|
4.7
|
1.96
|
3.7
|
0.90
|
2
|
4.2
|
1.14
|
3.5
|
0.68
|
4.3
|
1.34
|
3.6
|
0.90
|
4.8
|
1.76
|
5.6
|
2.52
|
3.6
|
0.64
|
3.8
|
0.80
|
3.9
|
1.10
|
3
|
4.5
|
1.62
|
4.4
|
1.36
|
4.5
|
1.32
|
3.9
|
1.06
|
5.0
|
2.08
|
4.7
|
1.46
|
4.5
|
1.44
|
3.4
|
0.78
|
-
|
-
|
4
|
4.0
|
1.08
|
4.0
|
1.20
|
4.6
|
1.70
|
4.0
|
1.06
|
5.0
|
1.84
|
5.0
|
1.84
|
4.3
|
1.24
|
4.5
|
1.34
|
-
|
-
|
5
|
5.5
|
2.46
|
3.6
|
0.84
|
4.2
|
0.90
|
4.3
|
1.46
|
-
|
-
|
5.3
|
2.22
|
5.2
|
2.26
|
3.6
|
0.84
|
-
|
-
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5.5
|
2.68
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.3
|
1.02
|
-
|
-
|
-
|
-
|
∑
|
22.60
|
7.36
|
20.40
|
6.12
|
22.10
|
6.88
|
25.30
|
8.18
|
18.50
|
6.66
|
25.50
|
9.32
|
25.10
|
7.70
|
20.00
|
5.72
|
7.60
|
2.00
|
Rata-rata
|
4.5
|
1.47
|
4.1
|
1.22
|
4.4
|
1.38
|
4.2
|
1.36
|
4.6
|
1.67
|
5.1
|
1.86
|
4.2
|
1.28
|
4.0
|
1.14
|
3.8
|
1.00
|
c. Pengukuran
Minggu ke-3
No
|
A1
|
A2
|
A3
|
B1
|
B2
|
B3
|
C1
|
C2
|
C3
|
|||||||||
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
|
1
|
4.5
|
1.56
|
4.7
|
1.56
|
3.9
|
1.09
|
5.7
|
2.98
|
4
|
1.12
|
5.5
|
2.66
|
4.6
|
1.53
|
4.0
|
0.91
|
4.5
|
1.53
|
2
|
4.5
|
1.40
|
4.9
|
1.78
|
5.0
|
1.93
|
4.4
|
1.28
|
5.2
|
2.11
|
5.8
|
3.12
|
4.0
|
1.05
|
5.1
|
2.19
|
4.2
|
1.26
|
3
|
5.8
|
2.96
|
4.1
|
1.06
|
4.8
|
2.09
|
4.2
|
1.27
|
5.5
|
2.34
|
5.8
|
3.13
|
5.6
|
2.90
|
4.9
|
1.77
|
||
4
|
5.0
|
2.01
|
3.8
|
0.79
|
4.9
|
1.66
|
4.3
|
1.17
|
5.5
|
2.49
|
4.0
|
1.18
|
4.0
|
1.05
|
||||
5
|
4.0
|
1.34
|
5.2
|
2.3
|
4.5
|
1.53
|
4.7
|
1.89
|
4.8
|
1.59
|
||||||||
6
|
4.4
|
1.28
|
||||||||||||||||
∑
|
23.8
|
9.27
|
22.7
|
7.49
|
23.1
|
8.3
|
23.3
|
8.59
|
20.2
|
8.06
|
17.1
|
8.91
|
27.4
|
9.53
|
18.0
|
5.92
|
8.7
|
2.79
|
Rata-rata
|
4.8
|
1.85
|
4.5
|
1.50
|
4.6
|
1.66
|
4.7
|
1.72
|
5.1
|
2.02
|
5.7
|
2.97
|
4.6
|
1.59
|
4.5
|
1.48
|
4.4
|
1.40
|
d. Pengukuran
Minggu ke-4
No
|
A1
|
A2
|
A3
|
B1
|
B2
|
B3
|
C1
|
C2
|
C3
|
|||||||||
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
P
|
B
|
|
1
|
4.5
|
1.42
|
5.4
|
2.57
|
5.3
|
2.53
|
5.0
|
2.30
|
5.8
|
2.83
|
6.0
|
3.32
|
6.0
|
3.24
|
4.0
|
1.01
|
5.0
|
1.85
|
2
|
5.1
|
2.74
|
5.0
|
2.05
|
4.5
|
1.60
|
4.6
|
1.45
|
4.1
|
1.51
|
6.0
|
3.20
|
4.9
|
1.92
|
5.2
|
2.31
|
5.0
|
1.99
|
3
|
5.0
|
2.34
|
4.8
|
1.58
|
5.0
|
2.04
|
4.7
|
1.57
|
6.3
|
3.57
|
6.0
|
3.23
|
4.2
|
1.22
|
4
|
1.10
|
-
|
-
|
4
|
6.0
|
3.43
|
4.0
|
1.03
|
5.0
|
2.00
|
4.0
|
1.25
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.9
|
1,00
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
4.7
|
1.89
|
4.0
|
1.11
|
4.0
|
1.33
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
∑
|
25.3
|
11.82
|
23.2
|
8.34
|
23.8
|
9.5
|
18.3
|
6.57
|
16.2
|
7.91
|
18.0
|
9.75
|
19.0
|
7.38
|
13.2
|
4.42
|
10.0
|
3.84
|
Rata-rata
|
5.1
|
2.36
|
4.6
|
1.67
|
4.8
|
1.90
|
4.6
|
1.64
|
5.4
|
2.64
|
6.0
|
3.25
|
4.8
|
1.85
|
4.4
|
1.47
|
5.0
|
1.92
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar